bab 14. memulai

62 6 0
                                    

Sementara Sabrina dan Lio pergi membeli yupi dan coklat, Maura datang membawa sekantong cemilan dengan wajah meremehkan sambil memamerkan kantong yang dia bawa.

"Tengil amat muka lo," cibir Grizel.

"Ga gue kasih, lo barusan ngatain gue," sahut Maura.

"Elah lama bener, sini gue aja yang bawa," ucap Pero sembari mengambil alih kantong yang Maura bawa.

"Si kampret main ngambil aja," ujar Maura.

Maura membiarkan Pero mengambil alih kantong yang tadi dia bawa, kini Maura berjalan mendekat ke arah Dharma dan yang lain berada. Atensi mereka semua tertuju pada Maura yang nampak cantik dengan jaket denim yang dia kenakan.

"Cantik banget, Maura." Puji Kanaya.

"Wih, muji gue, nih, mau apa, Nay?" Tanya Maura pada Kanaya.

"Ngga mau apa-apa, spontan aja muji kamu tadi," jawab Kanaya.

"Bocil dua mana?" Tanya Maura ketika menyadari tidak ada Lio dan juga Sabrina.

"Beli yupi sama coklat, biasalah anak kecil yang terperangkap di dalam tubuh dewasa," ucap Nadia.

"Anjir, iya ya, mereka kayak anak kecil suka sama hal-hal berbau manis," sahut Grizel.

"Kalo mereka tau kalian ngomongin mereka udah pasti bakal ada perang dunia ketiga," ucap Dharma

"Oh iya, kenapa minta gue kesini?" Tanya Maura kepada mereka semua.

"Udah dengar soal rumor tentang dokumen penting SMA Wibrata yang hilang?" Tanya Nadia.

"Ha? Ngga tuh, bokap gue juga ga pernah ngasih tau gue soal itu," jawab Maura.

"Nah, kita mau coba cari tau apa isi dokumen yang hilang itu dan siapa pelakunya. Kita ga mungkin bisa sendiri tanpa bantuan orang dalam dan orang dalam kita itu lo," jelas Pero.

"Oh, jadi gue cuma kalian manfaatin, nih, ceritanya?" Tanya Maura.

"Ngga gitu, lo yang punya akses ke dalam, jadi kita minta tolong banget kerjasamanya," ucap Grizel.

"Yaudah, deh, gimana rencananya? Kasih tau dulu dong," tanya Maura.

Setelah memberitahu rencana mereka, akhirnya Maura menyetujui rencana mereka dan akan membantu mereka menyelesaikan misi dadakan mereka itu. Kini tugas Maura hanya perlu meyakinkan sang papa untuk turut membantu Maura dan teman-temannya.

"Halo, Pa bisa bantu Maura ga? Maura lagi ngerjain sesuatu, nih," ucap Maura pada sang Papa yang ada di seberang sana.

"Kalo Papa bisa bantu pasti Papa akan bantu," jawab papa Maura dari seberang sana.

"Jadi gini, Maura sama teman-teman Maura mau bantu sekolah ini buat ngambil kembali dokumen-dokumen penting yang hilang waktu itu," jelas Maura.

"Kamu tau darimana soal dokumen yang hilang itu?" Tanya papa Maura sedikit terkejut.

"Papa ga perlu tau aku dapet info itu dari mana, yang penting Papa mau bantu Maura itu aja udah cukup," ucap Maura.

"Apa yang bisa Papa bantu?" Tanya papa Maura.

Maura memberitahu apa yang harus papanya lakukan dan untungnya sang papa menyetujuinya, besok akan menjadi hari dimulainya rencana mereka. Semoga saja semua bisa berjalan lancar sesuai rencana.

Tak berselang lama setelah Maura mematikan sambungan telfonnya, Lio dan Sabrina tiba di rumah dengan kedua tangan penuh dengan kantong belanja. Tidak perlu heran lagi ketika keduanya pergi berdua pasti tidak akan cukup satu kantong yang mereka bawa pulang.

"Buset, borong, nih, ceritanya?" Tanya Maura.

"Kalap dikit," jawab Sabrina sembari terkekeh.

"Gue, sih, keracunan, nih, bocil satu," ucap Lio.

"Lio juga kalap, ya, jangan nyalahin Bina gitu, dong," bantah Sabrina.

"Udah, ga usah berantem. Besok rencana kita udah mulai dilaksanakan." Ucap Dharma memberitahu Lio dan Sabrina.

"Maura udah tau?" Tanya Lio.

"Udah, gue juga setuju sama rencana kalian. See u next day, guys."

Victorious secret [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang