bab 7.pulangnya Maura dan anak baru

71 5 0
                                    

Seorang gadis dengan rambut sebahu berwarna hitam legam kini tengah berdiri menunggu jemputan dengan tangan yang membawa koper dan juga beberapa kantong belanjaan. Kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya menambah kesan bad girl pada diri gadis itu.

Gadis itu adalah Maura, sahabat Sabrina dan teman-temannya. Kini Maura telah kembali setelah hampir 2 bulan berada di negeri sakura, Maura kembali bersama kedua orang tuanya dan juga satu anggota baru yang kemungkinan besar akan menjadi bagian dari kelompok pemecah misteri.

"Indonesia ternyata panas banget," ucap gadis dengan rambut panjang itu.

"Lebih panas Jepang kalo lagi musim panas," jawab Maura.

"Jepang lagi ga musim panas jadi wajar kalo gue kaget pas sampe Indonesia yang panas banget ini," elak gadis itu.

"Diem! Ga usah banyak bacot, kalo ga betah balik lagi aja sana ke Jepang."

"Baperan lo, kan, gue cuma mengutarakan isi hati gue," ucap gadis itu.

"Gue bilang diem, Avelia. Eneg gue denger suara lo," jawab Maura.

Gadis yang sedari tadi berdebat dengan Maura adalah Avelia Kalesha Radiva, sepupu dari seorang Muara. Velia adalah gadis keturunan Jepang yang lahir di Jepang sama seperti Maura, Velia lebih menguasai bahasa Indonesia daripada bahasa Inggris karena di keluarganya semua menggunakan bahasa Jepang ataupun bahasa Indonesia.

"Jemputan lo, kok, lama sih? Gue pegel berdiri mulu," keluh Velia.

"Jalan aja sana kalo ga sabar nunggu jemputan," ucap Maura.

"Lagian kenapa kita ga ikut om sama Tante aja, sih? Kan, kalo gini jadi makan waktu," ujar Velia.

"Berisik, mending gue pesenin lo taksi terus lo balik sendiri ke rumah," ucap Maura mulai jengah.

"Gila lo? Gue baru juga sampe udah mau ditelantarin aja," sahut Velia.

Saat Maura ingin menyahuti perkataan Velia, sebuah mobil berhenti tepat di depan keduanya. Dari pintu kemudi keluarlah seorang pria berusia 30-37 tahun yang tidak lain dan tidak bukan adalah supir pribadi keluarga Maura.

"Maaf lama, Non. Macet sedikit tadi," ucap supir itu.

"Gapapa, Mang. Kita juga baru nyampe, kok."

"Yaudah, silahkan masuk, Non." Ucap supir itu sembari membuka pintu bagian belakang mobil itu.

Setelah Maura dan Velia naik, mobil itu melaju meninggalkan bandara itu dengan kecepatan sedang. Selama perjalanan, Belia terus mengeluh akan panasnya matahari padahal jam sudah menunjukkan pukul 5 sore yang berarti matahari sudah tidak se terik siang tadi.

"Duh, panas banget padahal AC udah nyala," keluh Belia sembari mengibaskan tangannya ke arah wajahnya.

"Bisa diem? Budek gue lama-lama dengerin lo ngoceh," ucap Maura.

"Ga bisa, gila ini panas banget," jawab Velia.

"Gue turunin juga lo, mending lo diem daripada gue turunin lo," ancam Maura.

"Coba aja kalo berani, gue aduin ke Om sama Tante," ucap Velia.

"Anak sialan, tukang ngadu ya lo ternyata. Nyesel gue sepupuan sama lo," jawab Maura.

Perdebatan itu terus berlanjut hingga mobil yang mereka tumpangi berhenti di pekarangan rumah yang megah, rumah itu adalah rumah Maura dan keluarganya. Maura dan Velia langsung turun tanpa membawa barang apapun, biarkan semua barang bawaan mereka di urus oleh asisten rumah tangga yang bekerja di rumah itu.

Maura yang kelelahan langsung melangkahkan kakinya menaiki satu persatu anak tangga untuk sampai ke kamarnya. Pintu berwarna putih dengan beberapa coretan dengan cat air berwarna biru itu adalah pintu yang menghubungkan lorong dan kamar milik Maura.

Maura langsung membersihkan tubuhnya dan berganti baju menggunakan piyama berwarna biru laut. Setelah berganti baju, Maura memutuskan untuk melakukan rutinitasnya sebelum tidur yaudah perawatan agak dirinya terlihat cantik, meskipun dirinya sudah cantik namun tetap saja harus menjaganya.

"Ga sabar ketemu yang lain, pasti mereka kaget liat gue udah balik," monolog Maura sembari terkekeh kecil.

Victorious secret [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang