bab 21. sikap yang berbeda.

46 6 0
                                    

Malam hari setelah diskusi tadi siang, mereka benar-benar berkumpul di halte bus yang menjadi tempat mereka kemarin bertemu untuk melakukan hal yang sama. Namun, ada yang berbeda dari jumlah anggota mereka saat ini, halte yang harusnya diisi oleh tujuh orang itu hanya diisi oleh enam orang saja.

"Dhar, lo ga nyamperin Bina?" Tanya Lio.

"Ngapain? Dia bisa bawa motor sendiri ngapain gue jemput?" Tanya Dharma.

"Biasanya juga lo yang ga bolehin dia berangkat sendiri," jawab Pero.

"Dia bukan anak kecil lagi jadi ga perlu gue terlalu khawatir sama dia," ujar Dharma.

"Selama ini lo khawatir?" Tanya Grizel.

"Ngga juga, cuma takut aja anak kayak dia, kan, ga bisa diem jadi takut aja dia kenapa-kenapa," jawab Dharma.

"Dhar, mending jujur sama kita, lo ada perasaan ya sama Bina?" Tanya Maura.

"Iya, jujur aja sama kita, kita bukan orang asing, Dhar." Ucap Kanaya.

"Gue ga suka sama cewek yang ga mandiri," jawab Dharma sarkas.

"Bohong, lo selalu nanggepin sifat kekanak-kanakan Bina," sahut Lio.

"Kita ga usah cari dokumen itu, sekarang kita cuma mau tau kejelasan hubungan kalian berdua," ucap Lio.

"Gue ga ada hubungan apa-apa sama Bina," ucap Dharma.

"Kalo ga ada apa-apa kenapa lo selalu mengistimewakan Bina? Bagus gitu?" Tanya Pero.

"Gue ga pernah mengistimewakan itu cewek," jawab Dharma.

"Apa lo bilang? Ga pernah? Yang kemarin itu apa? Dhar, Sabrina itu ga pernah menjalin hubungan sama lawan jenis jadi kalo Lo tiba-tiba bersikap kayak lo mengistirahatkan dia otomatis dia pasti baper sama perlakuan lo," jelas Lio.

"Gue ga ada maksud buat dia baper."

"Jangan pernah bohongin perasaan lo sendiri, nanti kalo udah nyesel baru tau rasa lo," sahur Maura.

"Dharma, kalo emang kamu ga ada perasaan sama sepupu aku tolong jangan bersikap sok peduli sama dia," pinta Kanaya pada Dharma.

"Gue ga akan peduli lagi sama dia. Dan itu atas perintah lo, Kanaya."

Tanpa mereka sadari, seorang gadis dari jarak 4 meter mendengar semua pembicaraan mereka. Cairan bening telah menumpuk di pelupuk matanya, gadis itu tidak pernah menyangka bahwa seseorang yang dia harapkan menjadi orang spesial dalam hidupnya kini telah berubah.

Sabrina, gadis itu mendengar semuanya termasuk permintaan Kanaya untuk tidak peduli lagi padanya. Kanaya juga mendengar jawaban Dharma yang tidak Kanaya harapkan, gadis itu tadinya ingin mengagetkan mereka dengan kehadirannya tapi siapa sangka justru dialah ysng mendapatkan kejutan dari kejujuran Dharma.

"Dharma..."

Semua atensi kini terpaku pada gadis yang tengah berdiri tidak jauh dari posisi mereka. Dapat mereka lihat gadis itu tengah menangis dengan kedua pipi yang sudah basah dengan air mata, mendapati kehadiran Sabrina tentunya Dharma sama terkejutnya seperti yang lain, Dharma tidak menyangka bahwa gadis itu nekat berkendara pada malam hari seperti ini.

"Kenapa? Udah denger pembicaraan kita, kan?" Tanya Dharma.

"Maksud kamu apa? Jadi selama ini kamu cuma sok peduli sama aku?" Tanya Sabrina dengan air mata yang masih membasahi pipinya.

"Seperti yang lo denger tadi, gue emang cuma sok peduli sama anak kecil kayak lo," jawab Dharma.

"Kenapa kamu ngelakuin itu? Kamu pikir perasaan aku ini mainan?" Tanya Sabrina lagi.

"Lo baper? Padahal gue ga ada niatan baperin lo," ucap Dharma.

"Kamu kok jahat banget sama aku?"

"Karena anak kesayangan kayak lo sekali-kali harus ngerasain yang namanya sakit, Sabrina."

Victorious secret [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang