identitas

254 40 2
                                    

"Apa itu putra mahkota?" Derrick menghentikan langkahnya begitu sampai di depan rumah. Kini Derrick berdiri di hadapan Haven. Lelaki itu memasukan kedua tangannya kedalam saku celananya. "Haven, benar?" Matanya melirik ke belakang dimana Putra mahkota berada.

Haven mengangguk. Suara Derrick terdengar tidak lembut, Haven tidak ingin mendengar suara itu. Haven hanya ingin suara Derrick yang lembut dan pelan padanya.

Derrick menghela nafas ia menyentuh pundak Haven dan menyuruhnya masuk lebih dulu. "Aku tidak ingin masuk kalau kau tidak masuk." Celetuk Haven. Perintah Derrick itu mutlak tidak sepantasnya Haven membebal seperti itu.

Melihat Derrick yang berdiri diam memunggunginya. Haven menggigit bibirnya. "Baiklah, aku akan masuk." Tangannya mengayunkan pintu. Sebelum menutup pintu itu, Haven sedikit melirik dimana Reinhart berdiri. Dari kejauhan Haven bisa melihat lelaki itu tersenyum singkat padanya.

Mendengar pintu tertutup Derrick memejamkan matanya dan berjalan menghampiri Putra mahkota yang berdiri dengan cahaya di sekitarnya. Lelaki bersurai coklat itu tersenyum lalu menunduk kepalanya hormat pada sang pangeran. "Hamba memberi salam pada anda yang mulia."

Reinhart berdiri di seberangnya. Diam seolah-seolah memberi Derrick untuk berbicara lebih lanjut. Derrick gelisah, bukan itu bukan waktunya, kenapa Haven bisa bertemu dengan putra mahkota terlebih lagi kenapa Putra mahkota ada di kota bukan di istana? Apa yang sedang dia lakukan? Derrick menarik nafas dalam-dalam sebelum ia menegakkan badannya.

Waktu terus berjalan angin malam pun begitu kencang hingga menerbangkan rambut Reinhart kesan mari. Perlahan rambut itu kembali bercahaya. Itu seperti cahaya alami yang dihasilkan rambut Reinhart dimalam hari.

"Ada yang bisa saya bantu, yang mulia?" Tanya Derrick. Lelaki itu tidak begitu terkejut dengan penampilan rambut Reinhart yang sekarang. Sudah rahasia umum putra mahkota yang terkenal dengan rambut yang bisa memancarkan cahaya.

"Kau, siapanya pemuda itu?" Derrick tau siapa yang pemuda yang dimaksud oleh Reinhart. Sebelum Derrick menjawab, Reinhart sudah melontarkan pertanyaan selanjutnya. "Siapa namanya?"

Dengan gugup dia menjawab. "D-dia Haven, adik saya yang mulia." Derrick mengutuk dirinya karena tidak memiliki alasan lain. Selama disini Derrick meminta tolong pada beberapa orang kekaisaran untuk membantunya. Membantu mencari tahu keluarga Haven. Namun, beberapa jam yang lalu ia baru mendapatkan informasi yang membuatnya menyusul Haven.

Di Verdantalia Haven tidak terdata. Semuanya kosong. Tidak ada keluarga kerajaan yang kehilangan anggota keluarganya. Itulah Kenapa ia memutuskan untuk menjemput Haven. Tapi siapa sangka Haven bisa bertemu langsung dengan putra mahkota pewaris utama kekaisaran Verdantalia. Jantungnya seolah akan keluar, Haven berhasil menarik perhatian Putra mahkota.

"Bukan Sam?" Gumam Reinhart yang bisa didengar oleh Derrick. Tapi apa katanya; adik? Dari atas sampai bawah tidak terlihat mirip sama sekali.

"Maaf?"

"Kenapa kau melamun di tengah pembicaraan kita?" Reinhart mengalihkan pembicaraan, ia tidak sengaja berucap salah dengan keras.

"Saya minta maaf yang mulai." Kelihatan sedikit menyesal karena ia terlalu banyak memikirkan Haven.

Reinhart menarik nafas lalu mendongak menatap langit. Cahaya bulan itu memantul dari netra matanya. Ia juga bisa melihat gagak-gagak mulai berputar diatas kepalanya. Sudah hampir tengah malam.

"Beritahu adikmu." Reinhart menjeda ucapannya. "Kalau tidak pandai berbohong, jangan berbohong dasar rendahan." Lanjutnya. Reinhart menatap Derrick, memperlihatkan bagaimana wajahnya perlahan berubah pucat.

VERDANTALIA || NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang