27

3.4K 271 34
                                    

     Rebecca bangun dengan panik setelah melihat jam sudah menunjukkan pukul 10, rencananya dia akan bangun pagi-pagi untuk menyingkirkan semua barang-barang aneh milik Freen tapi dia malah bangun kesiangan. Ini pasti gara-gara semalam dia tidak bisa tidur.

Mama kenapa tidak membangunkannya. Rebecca mendecih.

Dia lantas buru-buru kembali ke kamarnya namun langkahnya terhenti ketika dia melihat ruangan di sebelah kamar mereka.

Menengok kanan kiri yang sepi tidak ada orang, Rebecca melangkah memasuki ruangan itu. Tidak dikunci. Gadis itu tersenyum senang.

Rebecca kembali bergidik membayangkan dia disiksa Freen di ruangan ini.

Dia akan mencatat baik-baik dalam otaknya untuk tidak bercanda dalam hal-hal seperti ini karena Freen akan menganggap serius jika sudah menyangkut urusan ranjang.

Rebecca melangkah mendekati meja panjang di mana benda-benda aneh itu di letakkan.
Tali, tongkat dengan bahan kayu, benda yang berbentuk spatula, vibrator, borgol dan masih banyak lagi benda-benda aneh disana.

Mengambil benda berbentuk penis, Rebecca menelan ludahnya dengan susah payah membayangkan benda besar ini dipaksa masuk oleh Freen.
Secara spontan Rebecca menggeleng kemudian bergidik ngeri.

"Mau mencoba itu?"

"Gosh!!" Rebecca menjerit kaget.

Penis mainan itu terlepas begitu saja dari tangannya. Dia mengelus dadanya yang sekarang berdetak dengan tempo cepat.
Freen memerangkap tubuh istrinya dari belakang.

"Tadi malam malu-malu kayak kucing, sekarang kamu malah masuk sendiri disini huh. Bermain bersama lebih enak, jangan main solo."

Rebecca menginjak kaki Freen dengan keras mendengar kalimat ngawur istrinya yang membuat wanita itu berteriak kesakitan.

"Aku tidak murahan seperti itu," makinya dengan galak.

"Jariku hancur ya Tuhan." Freen meringis sambil memegangi kakinya yang tadi diinjak Rebecca.

"Makanya jangan bicara sembarangan."

Rebecca meraih penis mainan tadi lalu mengambil apa saja hingga tangannya tidak lagi bisa menampung.

Dia buru-buru keluar tanpa mempedulikan istrinya yang masih sibuk mengusap-usap kakinya.

"Mau dibawah kemana mereka?" Freen berteriak.

"Mau aku buang."

Kelopak mata Freen melebar, secepat kilat dia berlari menyusul istrinya. Freen tidak akan membiarkan Rebecca membuang benda-benda itu begitu saja tanpa mencobanya karena dia mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk membeli barang-barang itu yang harganya tidak ada yang murah. Freen sengaja membeli yang kualitasnya terbaik.

Sadar Freen mengejarnya, Rebecca langsung mempercepat langkahnya.
Karena tidak tahu harus membuangnya kemana, dia berlari ke arah dapur bermaksud membuangnya bersama dengan sampah di dapur namun baru sampai di ruang tengah dia dihentikan oleh Pat.

"Ma, jangan biarkan dia pergi." Freen berteriak dari atas tangga dengan tampang paniknya.

"Ada apasih kalian ini dari semalam." Pat menatap putri dan menantunya dengan bingung.

"Ma, tolong jangan biarkan Freen mengejarku," pinta Rebecca.

"Rebecca, aku mengeluarkan 10juta dolar untuk membeli barang-barang itu."

Mendengar itu, Pat langsung berlari mengejar Rebecca. Barang apa yang dibeli Freen dengan harga 10juta dolar. Dia juga penasaran.

"Rebecca berhenti." Pat berteriak.

Hidden seduction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang