29

3.4K 283 58
                                    

Freen termenung menatap telapak tangannya yang di perban. Tiga tulang jarinya retak. Sementara dua tulang di punggung tangannya yang menghubungkan ke jari tengah dan jari manisnya patah. Beruntung tidak ada kerusakan fatal pada saraf-sarafnya meski membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk memulihkan fungsi jari-jarinya seperti sedia kala.

Freen tidak menyesali apa yang telah William lakukan kepadanya tapi hatinya sekarang hampa karena rasa rindu kepada istrinya begitu sangat menyiksanya. Dia bahkan tidak tahu kabarnya bagaimana. Apakah Rebecca tahu jika ayahnya menghancurkan masa depannya, Salah satu yang dia banggakan dari seluruh bagian tubuhnya. Asetnya yang selalu bisa membuat sang istri menjerit karena pelepasan hebat yang dilakukan oleh jari-jarinya yang ahli.

Tapi tenang saja, jari tangan kirinya masih bisa berfungsi dengan baik. Rebecca tidak akan kecewa dengan jari kirinya.

Freen ingin sekali kabur dari rumah sakit ini dari kemarin tapi mamanya yang cerewet tidak pernah meninggalkannya barang sedetikpun.
Pat marah karena William membuat jari putrinya patah tapi Aaron justru ingin membantu menghancurkan tangan Freen yang satunya seandainya saat itu dia ada di sana.

Aaron bilang, tidak ada gunanya Freen memiliki tangan karena putrinya itu tidak bisa diandalkan jadi lebih baik tidak usah memiliki tangan sekalian.
Freen mendengus mendengar komentar papanya. Ayah macam apa yang seperti itu. Sial sekali dia memiliki ayah yang tidak memiliki hati seperti Aaron.

"Ma, aku rindu Rebecca," ucap Freen tiba-tiba.

"Hmmm tunggu. Mama sedang berebut tas terbaru dari Dior."

Freen melihat mamanya memasang wajah gemas dengan tubuh yang tidak bisa tenang.

"Mama lebih khawatir kehilangan tas itu dari pada denganku," protes Freen.

"Aku hanya sedang menghibur diri. Akhir-akhir ini aku merasa gila dengan semua hal yang terjadi," bela Pat.

Kemudian wanita dewasa itu berteriak girang karena berhasil mendapatkan tas incarannya. Dia bahkan sampai lupa dimana dia berada. Freen menggelengkan kepalanya. Dia baru sadar bahwa keluarganya adalah manusia-manusia unik yang tidak normal seperti kebanyakan keluarga lainnya.

"Dapat tas nya?" tanya Freen basa basi.

"Dapat lah, kalau tidak dapat mama akan protes ke Christian Dior supaya membuat tas lain khusus untuk mama."

"Bagaimana jika tanganku tidak berfungsi lagi?"

"Emm. Berarti kamu cacat."

Freen menghela nafas. Ternyata rasa cemas dan marah mamanya hanya bersifat sementara. Seharusnya Freen paham dengan tabiat papa dan mamanya, mengapa dia harus berekpektasi terlalu tinggi.

"Freen."

Freen dan mamanya menoleh ke arah pintu di mana Engfa baru saja muncul.
Pat sebenarnya juga membenci Engfa setelah kejadian Engfa dan Charlotte selingkuh namun karena saat ini hatinya sedang gembira Pat malah memberikan waktu untuk Engfa dan Freen bicara. Dia pamit pergi ke kafetaria agar mereka bicara.

"Apa yang terjadi?" tanya Engfa khawatir.

Freen menunjukkan tangannya yang di perban.
"Papanya Rebecca kamu bercerai tapi aku tidak mau dan dia menghancurkan tanganku," jelasnya.

Engfa terperanggah mendengarnya.
"Kamu gila."

"Aku lebih baik kehilangan tangan daripada kehilangan Rebecca."

"Ngomong-ngomong dari mana kamu tahu aku di sini?" sambung Freen.

Engfa tercenung sesaat. Mungkin sekarang saatnya Freen tahu yang harus dia ketahui.
***

Hidden seduction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang