16

3.9K 292 53
                                    

Pagi-pagi sekali Rebecca sudah bangun, dia ingin segera menggunakan alat tes kehamilannya dan membuktikan apakah dia benar-benar hamil atau tidak.

Membawa semua alat itu ke toilet, Rebecca menampung air seni nya di gelas cup lalu memasukkan alat-alat itu ke dalamnya. Menunggu beberapa menit, Rebecca lalu melihat satu persatu alat tadi.

Dahi Rebecca berkerut, semua alat itu memiliki hasil yang sama, garis satu yang artinya negatif.

Dia tidak hamil.

Ada perasaan lega dihatinya dia tidak harus menjadi orang yang jahat karena terpaksa melakukan aborsi dan juga tak perlu pusing memikirkan tentang kehamilan itu, namun di sisi lain dia agak kecewa karena dia tidak bisa menggunakan alasan kehamilan itu untuk menyakiti Freen.

Rebecca mendesah jengkel.

"Tidak hamil kan?"

"Ouchh.." Rebecca tersentak kaget oleh kemunculan Freen yang tiba-tiba. Gadis itu memegangi dadanya.

"Bisa tidak jangan mengaggetiku," marahnya. Sementara Freen malah tertawa.

Freen mengambil salah satu alat tadi dan melihat hasilnya.
"Sudah kubilang kamu tidak hamil," gumamnya.

"Tidak. Aku hamil, alat itu pasti salah. Aku akan pergi ke dokter." Rebecca tetap menyangkal.

"Kalau kamu ingin hamil kita bisa program IVF," ucap Freen.

"Aku hamil. Jelas-jelas aku mengalami tanda-tanda orang hamil."

Freen memutar bola matanya.
"Itu bukan tanda kehamilan tapi karena terkena gerd akibat stres," jelas Freen.

"Dari mana kamu tahu?" tanya Rebecca mulai curiga.

"Karena orang yang kamu anggap menghamilimu itu aku pelakunya."

"Maksudmu?"

Detak jantung Rebecca meningkat lebih cepat, matanya memincing tajam menatap Freen yang terlihat serius sembari menyedekapkan kedua tangannya.

"Kamu ingat ketika kamu mabuk di 90's club? Waktu itu aku juga di sana dan melihatmu dan yeah aku lah yang mengatur skenario seolah-olah kamu ditiduri oleh laki-laki," jelas Freen.

"Dan kamu juga yang meletakkan foto telanjangku dan note ancaman itu." Rebecca melanjutkan. Suaranya sudah meninggi.

"Yeah."

"Bajingan." Rebecca mendorong tubuh Freen sekuat tenaga, wajahnya sudah memerah oleh amarah.

"Apa maksudmu melakukan semua itu?" teriaknya.

"Kamu tahu kejadian itu membuatku stres, aku hampir ingin bunuh diri dan kamu berpura-pura mengancamku, sialan." Rebecca menunjuk-nunjuk wajah Freen menggunakan jarinya.

Freen menepis jari Rebecca yang berada di depan wajahnya. Dia mencengkram pergelangan tangan istrinya dengan kuat membuatnya meringis karena sakit.

"Mau tahu kenapa?" tanyanya lirih.

"Supaya kamu tidak lagi berani menginjakkan kakimu di tempat itu lagi, karena kalau aku tidak melihatmu saat itu, nasibmu akan lebih buruk dari yang kamu pikirkan." Freen menaikkan nada suaranya menjadi bentakan yang membuat Rebecca terkesiap kaget, gadis itu tidak menyangka akan dibentak sekeras itu oleh Freen. Dia sedikit takut karena selama ini Freen tidak pernah meninggikan suaranya.

"Kamu bahkan tidak tahu jika kamu sedang diincar oleh pria hidung belang yang tidak hanya bisa menghamilimu tapi juga memerasmu. Gunakan otakmu dan jangan berbuat ceroboh, kamu terkenal saat ini," lanjut Freen.

Tubuh Rebecca melemas. Lagi-lagi dia kalah oleh Freen. Namun jauh dalam hati kecilnya dia bersyukur dengan fakta ini. Fakta bahwa Freenlah yang menyentuhnya malam itu meski pun dia juga tidak terima karena dia merasa menjadi manusia paling bodoh dan mudah dibodohi.

Hidden seduction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang