30

3.6K 291 39
                                    

Sudah 3 bulan sejak Freen kehilangan Rebecca, sejak itu pula dia belum bertemu dengannya. Bahkan mendengar kabarnya saja dia tidak pernah. Tidak hanya sekali Freen mencoba datang ke rumah orang tua Rebecca namun dua bulan yang lalu rumah itu tiba-tiba kosong, penjaga bilang keluarga Rebecca pindah namun dia tidak tahu kemana keluarga itu pindah.
Semenjak itu Freen menjadi pendiam dan murung sepanjang hari. Dia tidak mau keluar dari kamar.

Aaron dan Pat mulai khawatir dengan kesehatan Freen karena putrinya itu menolak makanan apapun. Dia sampai harus dipasangi infus untuk menunjang tubuhnya meski sebenarnya dia sudah tidak peduli lagi dengan kesehatannya, dia selalu mengatakan bahwa dia sudah kehilangan tujuan hidup, dia hanya ingin cepat-cepat pergi dari dunia ini.

Aaron sudah berusaha mencari keberadaan keluarga Rebecca namun sampai saat ini dia belum menemukannya.
Pat sampai harus mengikat tubuh Freen setiap kali jam makan tiba itupun penuh perjuangan hanya untuk memasukkan beberapa suap makanan ke mulut putrinya.

Pat sangat jengkel mengapa cinta harus membuat orang menjadi sangat bodoh.
Wanita itu berkali-kali mengatakan Freen harus sehat agar bisa mencari Rebecca bukannya pasrah dan malah ingin mati.

Pagi ini Freen mendapat kunjungan dari Engfa. Beberapa hari ini temannya itu memang rutin berkunjung.

"Bagaimana keadaanmu?" Engfa bertanya basa-basi.

"Kamu bisa melihatnya sendiri," jawab Freen dengan tatapan kosong.

Engfa tersenyum kecil.
"Dulu kamu yang mengatakan padaku untuk melepaskan, jika dia untukmu dia pasti kembali," ucap Engfa.

"Lalu kenapa kamu malah seperti ini," lanjutnya.

"Berkata memang mudah, prakteknya yang susah."

Engfa kembali tersenyum mendengar jawaban Freen. Setidaknya meski seperti orang yang putus asa, Freen masih mau menanggapinya.

"Ngomong-ngomong, aku sudah bercerai," ucap Engfa.

Freen langsung mengarahkan tatapannya ke Engfa, sepertinya dia tertarik dengan topik ini.

"Kamu benar. Aku merasa sangat lega. Mesti aku masih sangat mencintai Charlotte tapi hubungan kami sangat tidak sehat dan lihat, aku bahagia bisa melepaskannya."

Engfa mendongakkan kepalanya ke atas mencegah agar air matanya yang menggenang tidak jatuh.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Freen.

"Yeah. Aku sangat baik, aku tidak menyesali keputusanku aku hanya. kalau akhirnya seperti ini mengapa dulu aku harus menghianatimu."

Freen mengalihkan pandangannya dari Engfa. Dia tidak tahu harus berkomentar apa.

"Kamu percaya takdir, Freen?"

"Entahlah. Aku sedang tidak ingin memikirkan apapun. Aku merindukan Rebecca."

"Bertahanlah Freen. Siapa tahu Rebecca membutuhkanmu."

Freen kembali menoleh.

"Dua hari yang lalu aku tidak sengaja bertemu dengan Fern." Engfa menarik nafasnya dalam-dalam membuat Freen tidak sabar menunggu kelanjutan cerita Engfa. Bukan karena Fern adalah salah satu mantan korbannya namun pasti ini ada hubungannya dengan Rebecca.

"Kami menyempatkan untuk mengobrol. Dia ternyata dokter yang menangani Rebecca tiga bulan yang lalu."
Mata Freen langsung melebar mendengar nama istrinya disebut.

"Dokter?" tanyanya dengan mata menyipit.

"Fern bilang Rebecca sakit lumayan parah yang sebenarnya disebabkan oleh stres. Dia pernah di rawat di rumah sakit tempat Fern bekerja selama kurang lebih satu bulan sebelum akhirnya orang tuanya memutuskan memindahkannya ke luar negeri karena tidak ada kemajuan."

Hidden seduction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang