Bab 2: Tentang 9 tahun yang lalu

19 3 0
                                    

Dengan kedua mata yang masih terpejam, Sky mencengkeram kuat selimut di atas tubuhnya. Keringat dingin mulai bermunculan membasahi dahinya. Sepertinya cowok berkaos hitam tanpa lengan itu kini tengah bermimpi.

"Please, jangan tinggalin gue sendirian!"

"Gue takut,"

"Jangan tinggalin gue,"lirihnya dengan bibir gemetar.

Dring....!

Suara yang timbul dari ponselnya seketika membuat Sky terperanjat bangun dari mimpi buruknya. Napas cowok itu terdengar terengah-engah seperti habis berlari kiloan meter. Dia mengubah posisinya menjadi duduk, kemudian memijat pangkalan hidupnya untuk mengurangi rasa sakit dikepalanya.

"Gue mimpi itu lagi,"gumamnya. Mata cowok itu beralih mencari keberadaan ponselnya yang tadi berdering. Setelah menemukan ponsel tersebut, jari-jemarinya bergerak lincah membuka sebuah notifikasi pesan yang berjejer dilayar ponselnya.

"El-barat?"Sky menautkan kedua alisnya. Tidak biasanya cowok itu mengirim pesan selarut ini.

Keita:

"Hello, Om ganteng"

"Sory nih gue ngechat lo malem-malem gini kayak jablay hehehehe"

"Gue cuman mau bilang satu hal sama lo"

"BUKU TUGAS EKONOMI GUE YANG LO PINJEM JANGAN LUPA DI BAWA BESOK!! AWAS KALAU LO SOK-SOKAN LUPA KAYAK WAKTU ITU?!"

"Udah, gue cuman mau bilang itu aja sama lo. Meeettt bobok bos cayang! I love you(emot cium)"

Sky berdecih. "Idih! Si Keita ngechat cuman mau ngingetin gue soal bukunya doang? Nggak penting banget."Sky dengan malas melempar asal ponselnya ke atas tempat tidur.

Dia lantas beranjak turun dari tempat tidurnya, arah kakinya berjalan menuju sebuah nakas kecil di dekat meja belajar. Sky menarik salah satu laci pada nakas tersebut, lalu mengambil sebuah kotak kecil berwarna biru tua yang berisi sebuah gantungan kunci berbentuk kelinci.

Sky mengangkat gantungan kunci di tangannya. "Lo sebenarnya siapa sih? Kenapa lo selalu muncul dimimpi gue?"dia menatap benda kecil itu, lantas perlahan-lahan dia pun memejamkan kedua matanya.

9 tahun yang lalu.....

"Bunda! Bunda jangan tinggalin, Sky!"tangisan bocah laki-laki yang berdiri di tengah-tengah guyuran hujan itu terdengar begitu menyakitkan. Dengan setelan jas hitamnya bocah tampan bak pangeran di negeri dongeng itu memeluk erat-erat batu nisan bertuliskan nama Risa Roseana.

"Bunda, Sky nggak mau di tinggal sendirian."anak itu menggelengkan kepalanya seolah-olah ibunya benar-benar berdiri di depannya. "Sky takut."isaknya.

"Sky, mau ikut Bunda. Sky nggak mau tinggal sama Ayah, Ayah jahat."Sky mengusap air matanya yang larut bersama air hujan yang mengguyurnya. Sementara tubuhnya yang mungil terlihat menggigil kedinginan.

Detik berikutnya, kedua mata Sky mengerjap. Dia mendongakkan kepalanya saat merasa ada sebuah benda yang menghalangi jalan air diatasnya. "Kamu kenapa?"suara lembut lan halus itu menyapa Indra pendengaran Sky. Lagi, dan lagi bulu mata milik Sky mengerjap. Mata elangnya terpaku kala seorang gadis kecil sepantarannya itu mengulurkan satu tangannya, yang pasti dia ingin membantu Sky berdiri.

Dengan kondisi tubuh menggigil Sky menggapai tangan mungil gadis itu. Lalu keduanya kini berdiri sejajar. "Kamu pasti lagi sedih, ya?"ujar gadis itu. Dia menjinjikan sedikit kakinya, lalu satu tangannya bergerak mengusap dua sudut mata Sky secara bergantian.

"Bunda aku udah pergi ninggalin aku sendirian."Sky tiba-tiba berbicara. Dia menunjuk gundukan tanah di depannya. Dan detik itu juga gadis kecil itu pun mulai paham akan penderitaan bocah laki-laki itu.

Seansky El-gantara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang