Dengan tautan saling menggenggam, Sky menuntun langkah Sabitha berjalan menuju sebuah taman yang ada dirumah sakit gadis itu dirawat. Sebenarnya ini bukan kemauan Sky, melainkan kemauan Sabitha sendiri. Gadis itu yang meminta Sky membawanya keluar, katanya bisa jika terus-menerus berbaring diruang rawat. Dan Sky pun tidak bisa menolaknya.
Sabitha mendudukkan dirinya pada sebuah bangku di taman tersebut. Disusul Aku yang ikut duduk disampingnya. "Akhirnya gue bisa menghirup udara luar juga,"Sabitha memejamkan kedua matanya, lalu menghirup dalam-dalam udara disekitarnya.
Sementara Sky, cowok itu justru menatap wajah Sabitha dengan tatapan yang sulit diartikan. "Gue nggak akan sanggup kalau lo benar-benar ninggalin gue, Sa. Gue nggak mau lo pergi,"
Satu tangan Sky terangkat untuk mengelus rambut Sabitha. Dan mirisnya, Sky semakin terpukul saat melihat beberapa helai rambut Sabitha tertinggal disela-sela jari tangan nya usai dia mengelusnya. Hari demi hari rambut Sabitha yang semula panjang dan lebat kini mulai terlihat semakin sedikit. "Gue nggak mau kehilangan untuk kedua kalinya, gue nggak mau ngerasain sakit yang sama."batin Sky.
"Kenapa lo ngelihatin gue kayak gitu?"tegur Sabitha saat menangkap basah Sky tengah menatapnya.
Tidak mau membuat Sabitha merasa cemas dan sedih, Sky sebisa mungkin menarik bibirnya membentuk senyuman. "Nggak apa-apa kok. Gue cuman seneng aja bisa lihat lo senyum lagi kayak gini,"
"Lo cantik tiap kali lo senyum,"pujinya.
"Maksud lo kalau gue nggak senyum gue jelek gitu?"
Sky terkekeh pelan, lalu bergerak menoel gemas pucuk hidung gadis itu. "Nggak gitu. Maksud gue itu, lo makin cantik kalau lo senyum kayak gini."
Sabitha tiba-tiba mengubah posisinya duduknya menjadi berhadapan lurus dengan cowok disebelahnya. "Oh, iya gimana soal cewek lo cari itu? Udah ketemu?"tanya Sabitha.
Sky menggelengkan kepalanya pelan. "Belum,"jawabnya singkat.
Sabitha mengangkat satu tangannya dan menepuk pelan pundak cowok di depannya itu. "Lo yakin masih mau cari dia?"
Sky meraih tangan Sabitha dari pundaknya, kemudian menggenggam nya. "Udahlah, nggak usah dipikirin. Yang terpenting bagi gue sekarang itu o,"
"Gue cuman mau satu. Lo sembuh, itu aja"ucap Sky.
"Gue udah sembuh kok, besok juga gue paling udah dibolehin pulang"balas gadis itu sembari menepuk punggung tangan cowok itu. "Lo nggak usah khawatir sama gue. Bukannya lo sendiri yang bilang? kalau gue pasti sembuh dan sehat lagi kayak dulu?"
Kedua mata Sky menatap sendu ke arah Sabitha, kemudian menarik gadis itu kedalam pelukannya. Dia tidak bisa berbohong. Dia takut, takut jika suatu saat dia benar-benar tidak bisa melihat Sabitha lagi.
☁️☁️
Pukul 15:49 sebuah motor ninja hitam baru saja berhenti di area sebuah pemakaman umum. Cowok itu melepas helm pada kepalanya, menyusahkan sebuah handband hitam yang masih melingkar dikepalanya. Dia turun dari atas motor, kemudian berjalan memasuki area pemakaman yang terlihat sepi. Wajar, sebab ini sudah hampir menjelang sore, cuaca hari ini juga tidak terlalu mendukung. Mendung dan sedikit gerimis.
"Hay, Bunda"
"Bunda, Sky datang lagi ke sini. Maaf ya hari ini sky datangnya agak sorean,"suara lirih yang terdengar memilukan itu berasal dari bibir cowok ber-handband hitam yang kini tampak duduk jongkok didepan sebuah pemakaman. sepulang dari menjenguk Sabitha di rumah sakit tadi Sky tidak langsung memilih untuk pulang. Hari ini Sky memiliki menghabiskan waktu sorenya untuk mengunjungi pemakaman ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seansky El-gantara
Teen FictionSky: "Sabitha itu penting buat gue, dia sahabat gue!" Aurora: "Tapi aku pacar kamu!"