"Non Aira, sudah sampai."
Perhatian Aira dari buku di tangannya segera teralih ke depan, tepat pada pria paruh baya yang saat ini sedang duduk di kursi pengemudi. Sesaat, Aira melongok melalui jendela mobil yang tepat berada di sisinya, memastikan di mana dia berada, sebelum kemudian mengangguk pelan sekali dan tersenyum.
"Iya, pak Ardi." Aira segera meraih tas miliknya sendiri yang berada di sisi tempatnya duduk, kemudian memeriksa ponselnya selama beberapa saat, memastikan dia datang tepat waktu sesuai dengan janjinya pada Matthias.
Mengingat kalau hari pernikahan mereka sebentar lagi, Aira dan Matthias segera membuat rencana untuk mencari cincin pernikahan dan melakukan fitting baju pengantin tanpa menunggu lagi. Kemarin, Aira, Sarah dan Mitha sudah mengurus sendiri soal konsumsi dan dekorasi yang Aira inginkan untuk hari pernikahannya—bukan hal yang sulit untuk mewujudkan segalanya dalam waktu singkat, keluarga Atmadja berani membayar berkali lipat asalkan apapun yang Aira inginkan beres saat hari pernikahannya dilaksanakan. Dan hari ini, giliran dia dan Matthias yang harus pergi untuk mencari cincin pernikahan mereka sendiri.
Aira sudah menghubungi pria itu sebelumnya, dan Matthias menyanggupi untuk pergi bersama dirinya mencari cincin pernikahan mereka hari ini. Karena jarak rumah Matthias yang lebih dekat dengan toko perhiasan di mana mereka akan membeli sepasang cincin pernikahan mereka, Aira lah yang datang menjemput pria itu. Bersama sopir pribadinya, tentu saja.
Aira sudah memutuskan kalau dia tidak akan membawa mobil sendiri mulai saat ini.
"Pak Ardi, tunggu sebentar di sini, ya. Biar aku masuk ke dalam dulu," Aira berucap sesaat setelah meletakkan kembali ponselnya ke dalam tas, dan pria paruh baya yang duduk di kursi pengemudi itu segera mengangguk mendengar kalimat permintaan Aira.
"Baik, Non Aira."
Aira tidak menghabiskan banyak waktu untuk segera melangkah keluar dari Maybach kesayangan papanya yang dia gunakan hari ini. Gaun berwarna biru sepanjang betis dengan motif bunga-bunga kecil berwarna putih miliknya melambai dengan anggun terbelai oleh angin segar saat dia melangkah keluar dari mobil. Sebuah kalung mutiara menghiasi leher langsingnya dengan begitu anggun. Rambut ikal gelapnya dibiarkan terurai dengan bagian depannya sedikit dia jepit ke belakang. Tasnya yang senada dengan gaun yang dia pakai hari ini kini berada di tangan kanan, sementara Aira sendiri kini sedang memperhatikan kembali keadaan di sekitarnya.
Ini adalah pertama kalinya datang ke rumah pribadi Matthias. Melihat bagaimana banyaknya pepohonan hijau dan halaman luas di bagian depannya, Aira berpikir kalau ini adalah rumah yang cukup nyaman. Meski tidak lebih besar dari rumah orang tuanya, atau rumah utama keluarga Atmadja, tetapi untuk ditinggali sebuah keluarga kecil, Aira pikir tempat ini sudah lebih dari cukup.
Aira tidak menunggu waktu lama kemudian, melanjutkan langkahnya menuju pintu utama rumah besar itu. Berdiri di sana selama beberapa saat, salah satu tangan Aira kemudian terangkat untuk menekan bel pintu depan rumah besar itu. Tidak menunggu lama, pintu segera terbuka, dan seorang perempuan muncul di hadapan Aira. Dia kelihatan begitu terkejut saat melihat siapa yang berada di balik pintu, tetapi kemudian, perempuan itu menunduk kecil.
"Non Aira," dia sepertinya sudah mengenali Aira sebagai tunangan Matthias, karena perempuan itu bergegas untuk membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan Aira untuk masuk ke dalam. Aira tersenyum kecil padanya sebelum melangkah lebih jauh masuk ke dalam rumah.
"Terimakasih."
"Iya, non."
Tepat setelah Aira akhirnya masuk ke dalam rumah dan kini berdiri di tengah ruang tamu yang didominasi oleh warna coklat muda, karpet bulu berwarna krem dengan motif sulur, sofa ruang tamu dengan warna senada, dan sebuah vas kaca berisi bunga mawar putih berada di meja bulat yang ada di tengah-tengah sofa. Aira bisa melihat langsung balkon dari lantai dua di tempatnya berdiri saat ini, sementara itu, sebuah tangga spiral dengan railing berwarna hitam tepat ada di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Etérea
RomanceWarning : 18+ contents. Be wise. *** Pada usianya yang tepat ke tiga puluh tahun, Airani Kalandra Witte, putri sulung dari keluarga Wijaya akhirnya mau menerima perjodohan yang diatur oleh keluarganya tepat setelah dia pulang dari liburannya di Veni...