Hari itu, pilihan Aira untuk cincin pernikahannya jatuh pada sebuah cincin platinum dengan beberapa buah princess-cut diamond berukuran tidak terlalu besar di salah satu sisinya, desain eksklusif dari Harry Winston, yang Matthias bilang, adalah desainer perhiasan favorit mamanya. Para pramuniaga itu mungkin sempat melihat seberapa besar potongan berlian cincin pertunangan yang melingkar di jari manis kiri Aira saat wanita itu masih memilah cincin pernikahannya, dan mereka sebisa mungkin menawarkan barang-barang yang paling mahal dan paling eksklusif yang mereka miliki. Hingga tidak lebih dari satu jam kemudian, Aira mendapatkan cincin yang dia inginkan.
Matthias sempat menanyakan padanya apakah dia yakin dengan pilihan cincin itu, dan Aira meyakinkannya berulang kali kalau itu adalah cincin yang paling dia sukai diantara semua yang para pramuniaga toko itu perlihatkan padanya. Bukannya bagaimana, bahkan Matthias sendiri menganggap cincin itu tidak cukup mewah atau memiliki berlian yang cukup besar untuk ukuran sebuah cincin pernikahan putri sulung dari keluarga Wijaya. Dia lebih dari mampu memberikan cincin yang jauh lebih mewah dan lebih cantik untuk Aira untuk pernikahan mereka, tetapi, berulang kali, Aira mengatakan kalau apa yang dia pilih sudah menjadi keputusan akhirnya. Jadi, Matthias hanya bisa menuruti keinginan Aira, sementara dia sendiri memilih sebuah cincin platinum polos dengan jenis yang sama dengan milik Aira.
Setelah selesai dari urusan mereka di toko perhiasan, Matthias membawa Aira ke sebuah restoran Italia yang cukup terkenal, mengatakan kalau itu adalah milik salah satu kenalannya, dan dia ingin berkunjung sebentar--meski sebenarnya, karena Matthias ingin membawa Aira makan sebelum memulangkannya ke rumah orang tuanya, tetapi kalau dia mengatakan yang sebenarnya, wanita itu bisa saja menolak.
Matthias memperhatikan Aira sesaat, dia masih dengan tenang menikmati panna cotta yang tersaji pada piring di hadapannya. Pria itu kemudian meraih kembali gelas tinggi yang masih setengah penuh berisi chardonnay miliknya, menyesapnya sesaat, membuatnya mengalihkan perhatian dari Aira. Wanita itu, yang sadar Matthias sejak tadi memperhatikan dirinya, segera mengangkat wajahnya untuk mempertemukan pandangan mereka. Dia menatap Matthias dengan sedikit penasaran.
"Apa ada yang ingin kau bicarakan?" Wanita itu berbicara pada akhirnya, menghentikan kegiatannya dan menatap Matthias sepenuhnya kini.
Aira akhirnya menyadari apa maksud Matthias membawanya ke sini setelah mereka selesai mencari cincin pernikahan mereka. Dia dan Matthias memang sama sekali belum membicarakan apa pun meski pernikahan mereka hanya tinggal hitungan hari. Mungkin sekarang, Matthias ingin membicarakan sesuatu dengannya. Kebetulan sekali, Aira juga ingin membicarakan beberapa hal dengan pria itu.
Matthias mengangkat salah satu alisnya, meletakkan kembali gelas tingginya tepat di sisi kanannya, kemudian menatap Aira sama intens dengan apa yang wanita itu lakukan saat ini. Wajah Aira masih datar, tatapannya tertuju tepat padanya, dan Matthias hampir tidak dapat menahan senyum terbentuk di wajahnya melihat betapa seriusnya Aira kini. Dia benar-benar masih mengingat bagaimana pertemuan mereka sekitar enam bulan yang lalu, saat Aira dengan sengaja memakai gaun dengan belahan yang begitu tinggi di bagian pahanya, garis dadanya yang rendah, dan bibirnya dipoles lipstick merah berani. Aira yang saat itu benar-benar berbanding terbalik dengan yang saat ini sedang duduk di seberangnya. Wanita yang anggun dengan riasan tipis di wajahnya--Matthias baru menyadari betapa cantiknya wanita itu sebenarnya.
"Well, maksudku, kita akan menikah sebentar lagi, tentu harus ada yang kita bicarakan sebelum itu. Bukannya justru aneh kalau tidak?" Matthias berucap, mengangkat kedua sisi bahunya sesaat, kemudian bergerak untuk bersandar di tempatnya duduk saat ini.
Aira sepertinya memahami ke mana arah pembicaraan Matthias menuju, karena kini, dia benar-benar meletakkan sendok di tangannya sepenuhnya, meraih napkin dan mengusap sudut bibirnya sendiri, meski sebenarnya tidak ada apa pun di sana. Wanita itu kemudian menatap Matthias kembali sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Etérea
RomanceWarning : 18+ contents. Be wise. *** Pada usianya yang tepat ke tiga puluh tahun, Airani Kalandra Witte, putri sulung dari keluarga Wijaya akhirnya mau menerima perjodohan yang diatur oleh keluarganya tepat setelah dia pulang dari liburannya di Veni...