Tadi malam Ayla bermimpi Ayah meninggal dan Ayla terbangun dengan perasaan takut akan mimpi itu, Ayla pergi ke kamar Ayah dan alhamdulillah Ayah masih sehat.
Ayla kembali ke kamar untuk mandi, setelah mandi Ayla masih teringat kembali mimpi semalam dan membuat Ayla tak tenang mikirin mimpi itu. Ayla ikut sama Ibu kepasar dan diatas motor Ayla menangis karena lagi lagi mengingat mimpi semalam.
Ibu yang tidak tahu bahwasanya Ayla lagi menangis dibelakang tidak mengiraukan suara Ayla saat Ibu mengajak Ayla ngobrol. Sesampainya dipakiran pasar Ibu baru sadar bahwasanya Ayla habis nangis karena mata Ayla bengkang.
"Kakak kenapa? Kok nangis?," tanya Ibu heran.
Ayla mencoba tenang dan melupakan mimpinya itu, "Enggak kok Bu tadi diatas motor mata kakak kemasukan debu," balas Ayla bohong.
Merekapun pergi ketempat orang menjual ikan, setelah membeli ikan mereka pergi membeli bumbu bumbu untuk ikan yang telah dibelinya. Entah setan apa yang memasuki Ayla lagi lagi dan lagi Ayla menangis karena mimpi itu.
Tante yang jualan bumbu heran dengan Ayla kenapa nangis udah seperti anak kecil, "Kakak kenapa nangis? Diputusin pacar ya? Masa pergi kepasar nangis udah seperti anak tante enggak diajak pergi kepasar," ucap tante Mery.
Ibu melihat ke arah Ayla, "Iya nih dari tadi dimotor lagi nangis terus ditanya kenapa enggak dijawabnya," balas Ibu.
Ayla menghapus air mata, "Enggak kok tan kepikiran sesuatu yang sedih aja makanya nangis," sambung Ayla.
Setelah selesai belanja mereka pulang kerumah, saat diperjalanan pulang Ayla melihat kue putu dan memintanya kepada Ibu. Sesampainya dirumah Ibu bilang sama Mia kalau Ayla dari tadi nangis terus di atas motor.
"Kakak kenapa dek? Tadi di motor nangis terus atau lagi berantem kalian?," tanya Ibu meletakkan belanjaan di lantai.
"Enggak kok Bu," jawab Mia menghampiri Ibu.
Ayla yang datang dari arah kamar menuju dapur ditanya Ibu lagi, "Benar kakak enggak papa? Atau lagi sakit makanya kakak nangis," ucap Ibu memotong ikan.
"Kakak enggak papa kok Bu cuma mimpi buruk aja tadi malam dan kepikiran terus makanya tadi nangis," jawab Ayla memotong bawang.
Setelah masakan selesai mereka makan bersama, saat makan Ayla lagi dan lagi kepikiran Ayah karena Ayah masih di pasar dan tidak makan bersama di rumah. Ayla mencoba untuk tidak menangis lagi kali ini, selesai makan Ayla kepikiran lagi tentang dirinya sebagai anak pertama. Ayla terus terusan menyalahkan dirinya yang tidak berguna sebagai anak.
Dengan nada lirih Ayla berdoa kepada Allah, "Ya Allah sebegitunya aku tidak berguna untuk orangtuaku, semua cara telah aku coba untuk membantu mereka tapi kenapa engkau tidak memberiku kesempatan untuk membantunya Ya Allah," ucap Ayla meneteskan air mata.
"Atau engkau memintaku untuk menjaga mereka makanya aku tidak boleh meninggalkannya karena aku anak pertama," sambung Ayla.
Mia masuk kamar dan melihat Ayla menangis, "Kakak kenapa nangis terus, ceritalah kak apa yang sedang kakak pendam," cetus Mia.
Ayla menghapus sisa air matanya, "Kakak enggak papa kok dek santai aja, masalah yang sedang kakak pikirkan enggak semua orang paham posisi kakak," balas Ayla.
"Yaudah kalau gitu, kakak jangan nangis lagi nanti bengkak mata kakak ditanya sama Ayah kenapa mata kakak bengkang," ujar Mia.
Mendengar kata "Ayah" hati Ayla tergores lagi, "Iya kakak enggak nangis lagi kok makasih ya dek," sahut Ayla.
Setelah ngobrol sama Mia, Ayla pergi kekamar mandi untuk mencuci muka. Ayla meyakinkan dirinya bahwasanya Allah memberikannya ujian seperti ini pasti ada alasannya dan Ayla pasti bisa melewatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEISTIMEWAAN TAHAJUD
Non-Fiction[❤Follow Penulisnya!! Jika Suka Karyanya❤] {Vote Juga!! Untuk Menghargai Karyanya🤗} Menjadi anak perempuan pertama adalah sebuah takdir dari Allah yang harus disyukuri. Namun menjadi anak pertama harus siap dengan harapan tinggi orangtua kepadanya...