Pagi ini Ayla seperti biasa melakukan aktifitasnya, sedang lagi training Indri menghampiri Ayla yang lagi fokus melihat pembelajaran body massage. Indri meminta Ayla untuk ngobrol berdua di sudut ruangan tempat training.
"Kak Ay sini," panggil Indri.
Ayla menghampiri Indri yang telah duduk di sudut ruangan, "Iya Ndri kenapa?," sahut Ayla.
"Kemarin kata kakak, kakak ada varises jadi kakak masih lanjut atau berhenti?," tanya Indri.
Mendengar kata "Berhenti" sebenarnya membuat Ayla senang karena Ayla bisa kumpul kembali sama orangtuanya tapi disisi lain Ayla juga sedih karena jika dia berhenti pikiran anak tak berguna itu selalu menghantuinya.
Tanpa sadar Ayla menjawab mau berhenti kerja disana, Indri juga setuju dengan pilihan Ayla karena Indri juga melihat Ayla yang selalu kesakitan setelah habis training. Ayla mencoba menghubungi Ibu dan bilang kalau Ayla tidak lagi bekerja disana, setelah menelpon Ayah langsung menjemput Ayla ke kota B disiang itu juga.
Ayla melarang Ayah untuk menjemputnya sekarang, karena dari kabupaten B ke kota B menempuh waktu 3 jam perjalanan. Namun Ayah masih tetap menjemput Ayla disaat itu juga dan alhasil Ayah sampai di kota B pukul 6 sore, setelah menjemput Ayla wajah Ayah kembali tersenyum.
Setelah istirahat kurang lebih 1,5 jam mereka pun pergi meninggalkan kota B, setelah menempuh perjalanan 3 jam mereka pun sampai dirumah dengan selamat. Keesokan harinya badan Ayla terasa capek, Ayla meminum ramuan yang telah dibuat Ibu. Setelah badan Ayla terasa mendingan Ayla kembali harus melihat kesusahan orangtuanya didepan matanya lagi.
Hari terus berjalan dan lagi lagi Ayla mendengar pertengkaran orangtuanya karena uang, Ayla makin merasa tak berguna karena kenapa dia punya varises yang membuatnya susah dapat kerjaan.
Ayla kembali menyalahkan dirinya dan Allah, "Kenapa aku tidak bisa membantu orangtuaku Ya Allah, apa dosa ku yang membuatku tidak ada gunanya sebagai anak untuk orangtuaku." Ayla menatap langit langit kamar.
"Apa aku mati aja Ya Allah agar aku tidak menjadi beban lagi bagi orangtuaku," ucap Ayla meneteskan air mata.
"Kenapa kemarin gue harus berhenti sih dari salon itu? Kenapa gue enggak minta jadi kasir aja? Kata Indri disalon juga belum ada kasirnya tapi kenapa gue memilih berhenti." Ayla memukul kepalanya dengan tangan.
Ibu melihat Ayla memukul mukul kepala menghampiri Ayla, "Ngapain kakak mukul mukul kepala gitu," ucap Ibu memegang tangan Ayla.
"Kakak salah Bu enggak seharusnya kakak berhenti dari salon itu kemarin." Ayla memeluk Ibu.
Ibu menenangkan Ayla dengan sentuhan lembut di punggungnya, Ayla merasakan hangatnya pelukan Ibu makin menjadi jadi tangisannya, "Maafin kakak Bu, kakak belum bisa jadi anak yang membanggakan untuk Ibu," ucap Ayla.
"Kakak akan selalu jadi anak kebanggaan Ibu kok." Ibu tersenyum tipis.
Ayla kini merasa mendingan dan tidak memikirkan lagi yang membuatnya sedih, setelah melalui banyaknya ujian dalam hidupnya Ayla mencoba memperbaiki sholatnya.
Setelah haid Ayla mencoba perlahan memperbaiki sholatnya yang hanya 5 waktu saja, Ayla dengan langkah yang siap mencoba melaksanakan sholat duha untuk 3 hari kedepan. Kini hari hari Ayla tidak begitu suram dan Ayla perlahan bisa menerima keadaannya sekarang.
Ayla lagi melihat berita perekonomian dari layar HPnya membuat Ayla takut dengan tahun depan, "Katanya tahun depan perekonomian akan menurun tapi sekarang apa yang harus gue lakukan untuk orangtua gue," batinnya.
Masih melihat berita dari layar HPnya dan panggilan masuk dari Mia, "Kenapa dek?," tanya Ayla.
"Enggak papa kak, oiya kak Ibu ada dirumah?," balas Mia kembali bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEISTIMEWAAN TAHAJUD
Non-Fiction[❤Follow Penulisnya!! Jika Suka Karyanya❤] {Vote Juga!! Untuk Menghargai Karyanya🤗} Menjadi anak perempuan pertama adalah sebuah takdir dari Allah yang harus disyukuri. Namun menjadi anak pertama harus siap dengan harapan tinggi orangtua kepadanya...