"kamu akan merasa sangat kurang jika kamu mengukur kebahagiaan yang kamu inginkan di orang lain"
....
Di kediaman keluarga tuan tian kali ini sedikit berbeda. Riuh antusias dari deswita menambah kesyahduan pagi yang hangat karena sang mentari belum seutuhnya berada diatas kepala.
"Tau gak mas? Pas aku bentak dia karena gak boleh bawa katak, anak itu cuma menatap aku sambil membulatkan mata nya. Lucu" deswita bercerita sambil bertepuk tangan saking antusias nya bercerita
"Iya, lalu?"
Mendung terbit diwajah deswita "ibu nya datang dan membawanya pergi"
Tian yang mengerti jika suasana hati deswita memburuk pun akhirnya berinisiatif untuk menghiburnya
"Sayang, mas ada kejutan buat kamu"
"Hmm, apa itu?" Deswita memandang amplop coklat yang masih dipegang suaminya
"Baca saja sendiri ya!"
"Hmm"
Deswita membaca dengan sangat teliti, lalu setelah itu dia melompat dan menjerit saking senang nya "MAS! INI SERIUS? MULAI BESOK AKU BISA MENGAJAR DI TK HARAPAN BUNDA? INI SERIUS?" deswita memastikan nya sekali lagi dan Tian mengangguk dengan mantap.
"MAKASIH MAS, MAKASIH HUHU...."
"Astaga.. berhenti menangis, ingus kamu mengenai kemeja yang mas pakai"
Deswita merenggangkan pelukan nya dan mengelap sisa air mata dengan tangan. Sebelumnya, deswita memang mendaftarkan diri sebagai pengajar di beberapa TK tapi sudah 5 bulan dia tidak mendapat panggilan apapun mengenai hal itu, itulah kenapa deswita merasakan senang yang teramat ketika dia menerima kabar yang sangat baik ini.
Lain dengan Tian, saat ini dia menatap wajah sumringah istrinya dan berkata didalam hati "semoga dengan ini kamu bisa sedikit mengobati luka yang ada dihati kamu. Berbahagialah selalu des, saya gak tahan jika kamu harus terus terusan hidup seperti mayat."
"Aduh, pertama tama apa ya yang harus aku siapin terlebih dahulu" Tian menghela napasnya "pertama tama kamu duduk dulu, terus kita sarapan."
Deswita terkekeh lalu menyiapkan semuanya. Dua helai roti yang sudah di toast dan secangkir kopi dengan sedikit gula sebagai pelengkap.
....
"Kali ini dianter papa gak masalah kan nak?" Harsa mengangguk
"Mama en istirahat aja, adek bisa berangkat sendiri kalau papa juga gak bisa nganter"
"No, harsa tetap harus diantar papa. Jangan dewasa terlalu cepat nak, kamu masih anak anak jadi bersikaplah selayaknya anak anak." Final jovan
Harsa memang selalu seperti itu, selalu mengerti keadaan orang tua nya. Tidak pernah menuntut dan menerima semuanya dengan lapang dada, harsa yang masih sekecil itu sudah mengerti keadaan dan pintar memposisikan diri. Harsa-nya mereka memang sangat sempurna.
Ten maupun jovan merasa sangat bersyukur sekali karena tuhan menghadirkan harsa dihidup mereka dan keduanya sudah berjanji untuk merawat dan membesarkan harsa dengan sebaik mungkin, mereka juga akan menjamin jika harsa tidak akan merasa kekurangan dalam segala hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Felicity
FanfictionHarsa anak kami, sengaja saya beri dia nama harsa karena "harsa" memiliki arti kebahagiaan dan benar saja, hadirnya harsa mampu membuat hidup kami menjadi sangat bahagia. harsa bukan anak kandung kami, tapi kami berani menaruhkan apa saja untuk dia...