Bab 10

238 39 1
                                    


"Rahasia ada untuk diketahui."



●●●●

Entah semalam deswita bermimpi apa hingga saat ini dia sedang duduk diruang tamu milik seseorang yang dia kenal cukup baik. Dan apa yang akan terjadi selanjutnya pun deswita tidak mengetahui sama sekali.

"Tumben kesini gak bilang dulu, biasanya suka ngabarin kalau mau kesini."

Deswita bingung harus memulainya dari mana, bahkan pertanyaan yang dikeluarkan tuan rumah barusan pun hanya deswita jawab dengan senyum kikuk yang entah seperti apa kelihatan nya, yang jelas deswita masih tidak mengerti dengan semua ini.

Deswita menatap sekeliling nya, menyadari jika yang terpajang ditembok seluruhnya hampir diisi oleh foto seorang anak kecil. Foto itu berupa rupa, ada yang masih bayi, merangkak, duduk, hingga foto yang deswita pandang terakhir kali adalah dua orang dewasa yang mengapit satu anak, Dan yang tidak deswita sanggah adalah anak yang ada didalam foto tersebut tersenyum dengan merekah seperti dia sangat bahagia berada diantara mereka.

Mungkinkah jika yang selama ini selalu bertemu dengan dirinya adalah anak yang deswita rindukan? Deswita tidak tahu. Dia jelas jelas masih tidak mengerti dengan semua ini.

"Ini kali pertama kamu kesini ya des? Atau yang ke dua? Ah, aku lupa."

Tidak, deswita sudah beberapa kali mengunjungi rumah itu, hanya saja deswita tidak pernah masuk ke dalam, dia hanya memandang rumah itu dari kejauhan, karena yang hanya ingin deswita lihat adalah anak kecil yang selalu dia rindukan.

"Bengong mulu ah. Ayo diminum dulu itu teh nya. Pak Tian juga, silahkan diminum pak."

Dengan sopan, tian meminum minuman yang sudah disuguhkan. Sedangkan deswita masih terjebak didalam pikiran nya sendiri.

"Saya sampai kaget loh des pas buka pintu, saya kira yang bertamu bukan kamu. Tapi ini ada apa? Kamu mau nemuin harsa ya? Aduh anak saya lagi tidur des. Tadi sepulang dari pemakaman, harsa langsung tertidur dan sekarang papa nya juga ikutan tertidur. Tapi saya sedikit bersukur karena bisa istirahat."

"Mengurus balita tuh ternyata cape juga ya, tapi masih banyakan seneng nya si."

Kalimat terakhir yang orang itu katakan adalah mimpi deswita sejak lama. Dia ingin sekali merasakan itu semua.

"Ten, maaf. Boleh kami bertanya sesuatu yang sangat sensitif?" Benar, rumah yang mereka kunjungi adalah rumah milik keluarga jovan dan tenderlova.

"Aduh, kok jadi deg degan gini ya." Begitulah ten, orang nya sedikit aneh jika tidak didampingi suami nya.

"Maaf sebelumnya jika pertanyaan saya sangat tidak sopan, tapi apa benar jika anak anda itu adalah anak kandung anda?" Kali ini Tian yang berbicara

"Maksudnya? Saya masih tida___"

"Harsa anak kami."

Semuanya menatap ke arah tangga, arah dari mana suara itu berasal.

"Apa anda yakin jika harsa darah daging anda sendiri?"

"Harsa anak saya, nama saya yang terpajang di ujung nama harsa. Sudah jelas jika dia anak saya."

"Bagaimana jika ternyata kalau anak itu bukan anak kalian, melainkan anak saya? Apa kalian akan menyerahkan anak itu ke tangan saya yang sah sebagai orang tua nya?"

Berkat ucapan tian barusan, amarah jovan sudah tidak terbendung lagi.

"Anda bertamu ke rumah saya tanpa pemberitahuan terlebih dahulu saja sudah sangat tidak sopan. Sekarang ditambah dengan mengakui jika anak saya itu anak kandung anda? Saya kira anda bukan tidak sopan lagi, melainkan tidak tahu malu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FelicityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang