#21

216 13 3
                                    

Happy reading, Enjoy~!!


Terlihat kini seorang pria sedang duduk di balkon kamarnya, pria itu fokus memandangi sebuah foto sembari mengisap rokok yang ada ditangannya. Dengan tatapan sendu pria itu mengelus-elus foto tersebut, wajahnya menunjukkan kalau dia menahan air matanya.
"Kamu dimana sayang? Kakak kangen banget sama kamu"-Batin pria itu, pipinya mulai dibasahi oleh air mata, kini air matanya sudah tidak terbendung lagi, ia sudah tidak sanggup menahannya.

Ya, tepat sekali! Pria itu adalah Devan Alrasya, seorang pria yang dikenal berkepribadian dingin dan memiliki ekpresi wajah yang selalu datar, jarang sekali berekspresi. Namun, kini wajahnya dipenuhi dengan ekspresi sedih dan kecewa.

Flashback on

4 tahun lalu...

"Begini pak, Dari hasil pemeriksaan medis, Kecil kemungkinan untuk Bu Syila bisa hamil lagi"

JLEBB!
Mendengar vonis dokter tersebut, hati Devan sangat hancur dan tak tahan menahan tangisnya. Ia bahkan langsung terdiam tak bisa berkata sepatah kata pun.

Tanpa Devan sadari, Syila yang sedari tadi menguping diluar mendengar percakapan Devan dan sang dokter.

Bak disambar petir, tubuh Syila seketika gemetar mendengar ucapan dokter tersebut, matanya berkaca-kaca mengisyaratkan bahwa air matanya sudah membendung, namun ia tetap berusaha untuk tidak mengeluarkan tangisannya. Dengan tubuh yang masih bergetar tak berdaya ia mulai berjalan menuju ke ruangannya kembali.

BUG!
"Aduhh kalo jalan liat-liat dong!" Oceh seorang perempuan muda dengan nada kesal karena tak sengaja pundakmya ditabrak oleh Syila. Namun, seperti tak mendengar apa-apa Syila tetap melanjutkan langkahnya tanpa menengok sama sekali ke arah perempuan tersebut.

"DASAR ORANG GILA!" Teriaknya karena kesal tidak digubris oleh Syila, kemudian perempuan itupun pergi dengan wajah kesal.

Dengan lemas Syila membuka pintu ruangannya secara perlahan, dan mulai berjalan ke arah ranjang tidurnya, dibaringkannya tubuhnya dengan pasrah, ia melamun sembari meneteskan air matanya yang sudah tak kuasa ia tahan lagi. Bagaimana tidak ia merasa lemas setelah ia mengetahui bahwa dirinya sudah tidak bisa menjadi seorang ibu? Sungguh ia merasa bahwa dirinya gagal menjadi wanita seutuhnya, wanita yang ditakdirkan untuk menjadi seorang ibu, impiannya dipanggil dengan sebutan "mama" pun lenyap seketika.

KLEK...
Terdengar suara pintu yang akan dibuka, menyadari bahwa suaminya akan masuk wanita itupun tersadar dari lamunannya dan dengan cepat mengusap pipinya yang sudah dibasahi oleh air mata. Terlihat senyuman dari bibirnya. Namun,  senyum itu bukanlah senyum kebahagiaan, akan tetapi senyum terpaksa yang menunjukkan bahwa ia mencoba menutupi rasa sedihnya.

"Eh kakak, udah selesai ngobrol sama dokternya?" Tanyanya basa-basi, dan hanya dibalas dengan anggukan oleh Devan.

"Sayang, kamu nangis?" Tanya Devan karena melihat mata istrinya itu sedikit sembab.

"Ah ini.. enggak kok kak" Bohong Syila.

"Jangan bohong, saya gak suka kebohongan" Kesal Devan.

"Maaf... aku cuma sedih karena keinget sama baby El kak"
"Kenapa setiap kita baru bahagia ada aja ya kak cobannya, dulu Baby El hilang, sekarang calon bayi kita juga hilang. Apa tuhan gak percaya kalau kita bisa jadi orang tua yang baik?" Ucap Syila sembari menundukkan kepalanya, menahan isak tangisnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Romantic Teacher (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang