"Aduh!" pekik Joko. Tanda lahir yang berada di punggungnya tergesek kuat oleh handuk setelah ia selesai mandi. Rasa sakit itu berada di dalam, ia juga tidak mengerti mengapa terkadang timbul perasaan sakit di tanda lahirnya itu.
"Kenapa Jok?" seru Parjo terdengar dari arah dapur.
"Gapapa pak, ini tanda lahirnya sakit lagi." balasnya.
Joko keluar menuju dapur bertelanjang dada, "Ini lho pak, semakin hari kok rasanya semakin aneh ya?" tanyanya ke bapaknya.
"Sini coba tak lihat..." Parjo menyuruhnya berputar dan melihat tanda lahir yang menyerupai baris-baris hitam itu. Ia mencoba menyentuhnya dan mengelus-elusnya perlahan.
"Sakit Jok?" tanya Parjo, sebelum mencoba menekan punggung Joko.
"Aw, nyeri dikit pak kalau ditekan, kalau disentuh ga kerasa apa-apa." ujar Joko.
Parjo kembali mengelus-elus saja, dengan perlahan sambil berdoa untuk kebaikan Joko.
"Jok, hari ini ada kegiatan verifikasi buat kelulusanmu to?" tanya Parjo.
"Iya, pak. Disuruh bawa ijazah SMP, KK, sama akta lahir pak." ujar Joko.
"Ambil sendiri ya, di atas lemari kamar bapak." timpalnya.
"Ok pak, udah udah pak, Joko malah geli dielus-elus sama bapak hehe." tutur Joko sebelum beranjak ke kamar bapaknya.
...
Joko mengambil kursi, menaruhnya di tepi lemari san menaikinya mencari map dokumennya
"Yang map warna biru ini pak?" teriak Joko dari arah kamar bapaknya.
"Bukan Jok, cari yang warna merah!" balas Parjo.
Joko mendapati map berwarna merah itu. Diambilnya lalu ia turun dari kursi dan meletakkan map itu di lantai.
Satu persatu ia membuka halamannya, terselip beberapa dokumen penting di sana. Ia menemukan arsip rapor SD nya di bagian pertama, disusul dengan ijazah SD di lembar terakhirnya. Halaman berikutnya berisi rapor SMP nya, dan ia mengambil ijazahnya.
Halaman akhir-akhiran map itu berisikan piagam-piagam penghargaan yang pernah diraihnya. Kebanyakan adalah piagam lomba beladiri, ada beberapa yang lain seperti olahraga biasa dan atletik.
Di balik sampul belakang map itu ia menemukan akta kelahiran. Dengan perlahan ia membuka cover pembungkus plastiknya dan mengambil aktanya agar tidak rusak.
"Pak, kalau kartu keluarga ada di mana?" tanyanya setelah mengulang kembali membolak-balik map itu.
"KK di laci meja, Jok. Sebentar tak cariin." katanya sambil menyusul memasuki kamarnya.
Sementara Joko mengembalikan map, Parjo mencari-cari KK mereka di laci. Setelah ditemukan, ia mengumpulkan dokumen yang telah Joko ambil, memeriksanya, dan memastikan bahwa tidak ada yang keliru lalu menyerahkannya kepada Joko.
Karena sudah hampir terlambat, Joko segera memakai seragamnya dan pamit untuk berangkat sekolah.
***
Di Sekolah
"Yog, kamu punya klip lebih nggak?" ucap Joko baru saja duduk di bangku kelasnya.
"Ada, bentar." balas Yoga, teman sebangkunya yang sudah duluan datang.
Karena terburu-buru, Joko melupakan klip yang sudah disiapkannya kemarin. Klip itu masih tertinggal di kamarnya karena tadi ia langsung memasukkan dokumen-dokumennya ke dalam tasnya.
Hari kelulusan akan segera tiba. Sebanyak 5 kelas XII di sekolah Joko bergiliran menyesuaikan data-data dengan dokumen aslinya hari itu.
Setelah dua kelas sebelumnya selesai, tibalah kelas Joko untuk melakukannya. Joko sebagai ketua kelas menyuruh semua anggota kelasnya untuk pergi menuju ruang perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parjo dan Joko Anaknya
General FictionJoko, anak seorang petani bernama Parjo menjalani kehidupan sehari-hari mereka dengan bahagia meskipun hanya berdua. Suatu saat, tetek bengek dalam usia 17 tahunnya membuat Joko menemukan sebuah rahasia yang mengejutkan. Sebuah kisah pendek.