#4 Memori

5.4K 81 7
                                    

⚠️ trigger warning: kekerasan, pembunuhan ⚠️

"Arghh!" Joko mengaduh merasakan kesakitan di punggungnya. Ia menduga karena tanda lahirnya itu.

"Kenapa Jok?" tanya Yoga.

"Shhhh, sakit ini punggungku. Aku ke UKS dulu." balas Joko singkat. Sambil menggeliatkan punggungnya ia pergi menuju UKS seorang diri.

Sepanjang perjalanan, kepalanya secara perlahan menjadi pening. Pernyataan yang dilontarkan oleh Yoga tadi selaras dengan pertanyaannya ketika membaca akta kelahirannya tadi pagi.

Tertulis nama "Panjo" sebagai ayah di akta kelahirannya, bukan "Parjo". Selama ini ia menganggap hal tersebut karena salah ketik saja. Semakin banyak pertanyan yang menyerbu otaknya, semakin pusing dan sakit dibuatnya.

Brugh!

Joko langsung merebahkan badannya ke kasur berdipan kayu di ruang UKS yang sedang kosong itu. Ia mengatur napas panjang-panjang untuk menenangkan diri terlebih dahulu. Ia sampai lupa melepas sepatunya.

Drap drap drap

Suara yang ditimbulkan Joko membuat Pak Anwar, guru BK yang ruangannya berada tepat di samping mengecek ke UKS. Suara sepatu pantofelnya kontras dengan ubin keramik ruangan.

"Joko? Kamu kenapa?" herannya melihat Joko yang berkeringat dan gelisah seperti habis kesurupan.

Joko masih mengatur napasnya sambil melamun, tidak menggubris bahkan tidak sadar kalau Pak Anwar sudah berada di sampingnya.

"Jok... Jok!" Pak Anwar meninggikan suaranya untuk mendapatkan respon Joko.

Joko menoleh ke guru BK itu, sambil menarik dalam-dalam napasnya dan menghelanya dengan kuat.

"Kamu pusing Jok? Sebentar tak ambilkan obat." ucap Pak Anwar meninggalkannya. "Sepatunya dilepas saja, ikat pinggangmu longgarkan saja, biar sirkulasi badanmu enak."

Joko melihat kakinya yang masih terpasang sepatu, ia duduk lalu melepaskannya dan menaruhnya di lantai. Masih terasa pusing kepalanya hingga Pak Anwar kembali membawa sebutir obat pereda nyeri, sebotol air putih, dan segelas teh hangat.

"Ini diminum obatnya." kata Pak Anwar.

Joko mengangguk dan segera meminum obat yang diberikan itu. Setelah memeriksa sedikit, Pak Anwar berpesan untuk segera tidur sebentar saja dan pergi ke ruangannya di sebelah kalau butuh sesuatu.

Joko kembali merebahkan diri dan memejamkan matanya. Ia mencoba untuk tertidur, sambil menghitung jari-jari di kedua tangannya untuk menenangkan diri. Tak lama kemudian matanya telah terpejam.

○●○●○●○
"Ah.. ampun mas! Aduh sakit mas!" seorang wanita tengah berteriak kesakitan.

PLAK...PLAK...

"Gara-gara kamu! Semuanya jadi berantakan!!" suara seorang pria sedang membentak wanita itu setelah menamparnya berkali-kali.

"Oee.. oeekk... ueekk..." suara tangisan bayi memecah pertengkaran antara kedua orang itu.
○●○●○●○

Parjo dan Joko AnaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang