○●○●○●○●
"Kamu, siapa kamu?"
"Aku adalah kamu, dan kamu adalah aku."
"Apa maksudmu? Aku tidak pernah mengingat masa kecilku."
"Aku adalah kamu, dan kamu adalah aku."
"Tolong jangan ganggu aku!"
Dalam sebuah ruangan yang gelap, ia dapat melihat kembali sesosok anak kecil itu. Di sebuah cermin besar yang memancarkan sinar kemerah-merahan namun masih sedikit gelap untuk melihat detail ke dalamnya.
Anak kecil yang ia lihat itu menjadi bayangan dirinya di cermin itu. Anak kecil itu hanya mengucapkan perkataan-perkataan yang sama.
Hingga suatu saat Joko merasakan sebuah kekuatan yang menarik dirinya untuk mendekati cermin itu. Efek bayangan cermin membuat keduanya dua kali lebih cepat mendekati satu sama lain. Joko tidak dapat berkata dan berbuat apa-apa selain merasa dirinya dibelenggu.
Sesaat demi sesaat Joko dapat melihat dengan jelas kondisi anak itu. Bajunya berlumuran darah, tangannya berlumuran darah menggenggam sebuah pisau. Joko menjadi panik hingga pada saat kedua batang hidung mereka telah menempel satu sama lain.
Joko merasakan pengap dan sesak ketika perlahan demi perlahan wajahnya terbenam ke dalam cermin itu. Secara bersamaan anak kecil itu keluar dari cermin seperti seolah ingin menggantikan keberadaannya.
Hmphf... Grhh... Hraghhh....
Joko berusaha sekuat tenaga hingga tangannya kini dapat ia gerakkan dan mendorong kedua sisi cermin dengan sekuat tenaga menahan kekuatan dari dalam cermin itu.
Degup jantungnya berpacu sangat kencang sekali, insting bertahan hidupnya muncul. Alam bawah sadarnya seperti menolak apa yang sedang dilakukan anak kecil itu. Keringat bercucuran dengan erangan sambil berusaha mendorong yang menguras tenaganya itu.
Sedikit demi sedikit ia berhasil melawan. Perlahan ia mendorong tubuhnya untuk tidak tenggelam dalam cermin itu. Pada akhirnya ia sampai dapat melihat kembali wajah anak kecil itu. Ia melihat anak itu tersenyum mengerikan dan berteriak sekencang mungkin dan mendorong sekuat tenaganya.
"HAAAAARGGHHHH!!!"
...
...
...BLAR!!! CETARRRR!!!
○●○●○●○●
Teriakan Joko yang dibarengi oleh suara petir yang menggelegar membuat Parjo yang sedang berada di kamarnya terkejut. Seketika Parjo yang cemas berlari menuju kamar Joko. Korek api yang hendak ia gunakan untuk menyalakan lilin ia tinggalkan.
Blarr! Blitz! Cetar!
Dalam keadaan mati lampu ia sudah hafal dan menuju kamarnya Joko.
Ia segera menyibakkan gorden penutup kamar Joko, melihat siluet Joko yang sedang terduduk dengan napas yang tersengal-sengal seperti habis melihat setan.
"Jok!" seru Parjo.
Joko menoleh ke arah suara yang memanggil namanya. Namun, ia hanya melihat seorang Panjo yang belumuran darah dengan pisau yang masih menancap di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parjo dan Joko Anaknya
General FictionJoko, anak seorang petani bernama Parjo menjalani kehidupan sehari-hari mereka dengan bahagia meskipun hanya berdua. Suatu saat, tetek bengek dalam usia 17 tahunnya membuat Joko menemukan sebuah rahasia yang mengejutkan. Sebuah kisah pendek.