"Jadi apa yang aku lihat di dalam mimpi itu benar, pak?" tanya Joko sambil mengerenyitkan dahi.
"Iya na-... Jok." jawab Parjo.
"Tapi maksudnya itu apa pak? Joko tidak bisa mengerti. Joko benar-benar melakukan itu? Apakah wanita itu ibuku? Apakah Joko pernah membunuh seseorang?--- dan itu bapak kandung Joko! Lalu..lalu! Bapak siapa?!" kebingunan Joko merembet ke rasa marah dan gelisah.
"Maaf Jok, bapak sebenarnya tidak ingin membuka kembali tentang hal ini." ujar Parjo dengan penuh tenang.
Joko melihat ke arah wajah Parjo seraya menahan marah karena selama ini telah merasa dibohongi oleh orang tua di depannya itu. Tetapi di sisi lain, ia mengakui bahwa ingatannya bahwa tiada satu-satunya orang yang mencintainya sedari masa kecilnya selain Parjo sendiri.
Pada akhirnya, Parjo menjelaskan semua yang telah terjadi kepada Joko. Hidangan sarapan yang telah ia masak hanya menjadi saksi bisu kenyataan yang akan terungkap.
Hati Joko melunak, ia segera tersadar bahwa kebaikan yang telah diberikan oleh Parjo jauh lebih baik daripada apa yang selama ini ia sembunyikan. Ia juga sadar bahw Parjo melakukannya untuk kebaikan dia.
Sementara itu, di sebuah rumah sakit jiwa di pinggiran kota.
"Hallow ibu Rina yang syantikkkk! Hayo ini makanannya sudah Dinda siapkan, di makan ya ibuuu biar sehattt." ucap salah seorang perawat memasuki sebuah ruangan untuk menemui pasiennya.
Dinda melihat nampan makan malam yang masih utuh tersimpan di laci bawah meja. Akhir-akhir ini, Bu Rina, pasiennya yang biasanya riang menjadi murung dan sering tidak mau makan. Namun sebagai profesinya, ia tetap mengajak dan mengajaknya untuk tetap makan, meskipun harus dibarengi dengan helaan napas.
Semua bermula sekitar 3 hari yang lalu, di siang hari, Bu Rina tiba-tiba berteriak dan menangis sejadi-jadinya, yang membuat sibuk para perawat di sana. Mendadak, ia meraung-raung menggumamkan sesuatu yang tidak jelas. Kondisi itu diakhiri dengan pusing yang hebat sehingga membuatnya lemas.
Pada suatu hari, ia mendapatkan kunjungan. Salah seorang perawat mengantarkan 2 orang yang menjadi tamunya setelah sekian tahun tidak ada yang mengunjunginya.
---
Di ruang tamu sebuah rumah tua khas dengan ornamen-ornamennya.
"Mbah..." ucap Parjo dengan Joko yang duduk di sampingnya kepada seorang kakek tua namun bertubuh tegap yang baru saja duduk di hadapan mereka.
"Parjo, kan..." jawab kakek itu.
"Dan ini pasti... Joko" lanjutnya sambil melirik ke arah Joko."Iya mbah." kata Parjo kepada mbah Muji.
"si Rina apakah sudah sembuh?" tanya mbah Muji
"Belum mbah, masih dirawat." jawab Parjo.
"Hm hm, baiklah, jadi apa yang membuat kalian datang ke sini?" tanya mbah Muji.
Parjo pun menjelaskan apa saja yang terjadi pada Joko, Joko yang mengalaminya secara langsung ikut membantu mendeskripsikannya.
Mbah Muji sudah menduga hal itu akan terjadi cepat atau lambat, karena sifat manusia adalah rasa penasaran ketika ada yang mengganjal. Hal itu diperkuat dengan bertambahnya usia Joko untuk dapat berpikir dan menelusuri masa lalunya. Dan ketika itu terjadi, maka penghalang yang telah mbah pasang akan berangsur-angsur pudah.
Waktu kecil, Joko, Bu Rina ibunya, dan Parjo meminta bantuan mbah Muji untuk menghipnotis Joko kecil agar melupakan apa yang telah ia lalukan, yaitu membunuh bapaknya sendiri. Sebenarnya sang ibu tidak menyetuji namun Parjo, sahabat masa kecilnya berhasil meyakinkannya. Hingga akhirnya ia setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parjo dan Joko Anaknya
General FictionJoko, anak seorang petani bernama Parjo menjalani kehidupan sehari-hari mereka dengan bahagia meskipun hanya berdua. Suatu saat, tetek bengek dalam usia 17 tahunnya membuat Joko menemukan sebuah rahasia yang mengejutkan. Sebuah kisah pendek.