° 03. Their Parents' Marriage °

532 29 1
                                    

Hari ini adalah hari dimana Safitri dan Leo menikah. Pesta pernikahan mereka dirayakan tepat di malam hari. Acara pernikahan mereka di lakukan di indoor salah satu gedung yang Leo sewa. Acara begitu meriah karena banyak tamu yang hadir. Mulai dari kerabat, teman dekat atau pun mitra bisnis Leo.

Tema purple adalah salah satu pilihan yang Safitri buat dalam acara pernikahannya. Dimana banyak para tamu undangan khususnya wanita memakai pakaian berwarna ungu.

Sahira berdecak kagum dengan dekorasi pernikahan ibunya. Dia tidak menyangka ayah tirinya ternyata sekaya itu, yang mana dengan mudah menuruti apa kemauan Safitri.

Dimana semua wanita mengenakan dress berwarna purple, Sahira membedakan dirinya sendiri. Dia memilih mengenakan off shoulder dress berwarna dark red. Tampilan yang simpel namun terlihat elegan. Bahu mulusnya terekspos menampilkan kulit putih bersih nan cerah.

Banyak mata yang menatap Sahira terang-terangan. Ada yang menatapnya terpesona, kagum, maupun iri. Sahira tidak memperdulikan itu. Ia bersikap abai.

Sahira menatap setiap dessert yang tersaji di atas meja bundar. Sahira mengambil salah satu dessert itu dan memakanya.

Rasa yang manis menyapa lidahnya.
Manik gadis itu menatap satu titik di mana ibunya nampak bahagia. Apakah bisa sebahagia itu ketika menikah lagi? Sahira tidak tahu. Yang ia pikirkan adalah Ibunya terlalu egois. Ayahnya saja tidak menikah lagi namun kenapa Ibunya menikah lagi? Alasan Safitri menikah lagi tidak mampu membuat Sahira merasa puas. Biaya Kuliah? Heii Sahira mampu membiayai kulihnya sendiri dengan cara bekerja part time. Itu pun sudah ia lakukan saat menduduki bangku sekolah menengah atas.

Sepertinya seseorang yang tidak bahagia hadir di sini adalah dirinya sendiri. Sedari tadi tamu undangan terus hadir membuat Sahira pusing. Berapa jumlah tamu yang diundang oleh Leo sebenarnya?

Telapak tangan yang ukurannya lebih besar dari milik Sahira, tiba-tiba bertengger manis pada bahu gadis itu. Sahira bergidik, merasa merinding. Dia langsung memutar bahunya agar tangan kurang ajar itu lepas. Begitu tahu siapa yang melakukan hal itu, Sahira menatap tajam Sang Pelaku.

Siapa lagi jika bukan Nio.

Ngomong-ngomong pria itu mengenakan kemeja putih dengan satu kancing kemeja yang dibiarkan terlepas begitu saja. Lengan kanannya digunakan sebagai tempat ia menyampirkan jas berwarna hitam miliknya.

"Tidak menikmati pestanya little girl?" Suaranya yang berat mampu membuat tubuh Sahira merinding. Pasalnya pria itu dengan tiba-tiba berbisik di telinganya.

Sahira segera mundur satu langkah untuk menjauh dari pria itu.

Sahira akui Nio memang tampan. Pesona pria umur 25 tahun itu memang tidak main-main. Tapi Sahira tegaskan dia tidak akan terpesona oleh Nio! Bagi Sahira, Nio adalah spesies makhluk yang paling menyebalkan. Di awal pertemuan mereka pun Sahira sudah menebak. Nio adalah pria munafik. Lagian untuk apa Sahira terpesona oleh kakak tirinya sendiri. Apa? Kakak tiri? Apakah Sahira baru mengakui itu? Entah lah.

"Menurut lo?" Gadis itu menjawab pertanyaan Nio dengan nada yang tidak bersahabat.

Nio mengambil cairan berwarna merah dari seorang waiter yang kebetulan lewat di depan mereka. Pria itu menggoyangkan gelas dengan pelan. Matanya menatap dalam manik milik Sahira.

"Informal heh?" Nio menaikkan sudut bibirnya ke atas membentuk seringkaian yang begitu ketara di mata Sahira.

Entah apa yang Nio maksud. Sahira menatap Nio dengan manik datarnya.

"Oke...okey. Kalau adikku yang manis ini sudah berusaha akrab dengan ku, kenapa tidak." Wajah Nio begitu menyebalkan menurut Sahira.

"Gak ada yang mau akrab sama lo dan gue juga gak lagi berusaha akrab sama lo. Dengar itu Arsenio." Sahira menegaskan kepada Nio bahwa dirinya telah membangun benteng begitu tinggi. Tidak ada yang mampu melewati benteng itu selain Sahira yang menghancurkannya lebih dulu.

HIRANIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang