▪︎▪︎▪︎
Tanpa ada pemberontakan, Jennie membiarkan kakinya berjalan sempoyongan tak tahu arah. Ibaratkan dia handphone, listrik dan softwarenya mendadak mati dan ia sedang dijinjing pemiliknya untuk menuju sebuah konter supaya diperbaiki. Selama perjalanan pulang, Jennie tak henti-henti menggeleng ketika Taehyung menawarkan banyak tempat untuk mereka tandangi terlebih dahulu. Mungkin, sudah cukup frustasi semua rayuan dan bujukan dia layangkan, tapi tidak ada yang Jennie setujui. Pada terakhirnya, laki-laki itu memutuskan mengembalikan Jennie ke apartemennya.
Lewat pukul 10 tepat, keadaan lorong apartemen ini seperti biasa akan selalu sepi. Tidak aneh lagi sebab manusia yang hidup di kota ini hanya akan hidup dalam kesendirian. Taehyung masih kuat menggenggam tangan perempuan itu. Ingin sekali dia bertanya apa yang terjadi dengannya, sebab pandangan hambar itu membuat hati Taehyung ikut murung melihatnya. Namun, apa boleh buat saat perempuan itu berubah bisu? Tidak ada suara semenjak Taehyung membawanya pulang dari kantor.
Begitu tiba di depan pintu, tangan Taehyung sudah mampu menyentuh knop, tapi Jennie tiba-tiba saja mengetuknya. Bagai seorang robot yang diperintah memiliki tatakrama, perempuan itu melupakan diri bahwa dialah pemiliknya.
"Kamu ngapain?" Tidak selang lama dari pertanyaan itu, pintu terbuka begitu saja oleh pemilik keduanya. Taehyung sempat melirik wanita itu, tapi dia tak menyangka ketika secepat kilat sebuah benturan mengenai pipinya yang mulus.
Taehyung yang tidak punya pertahanan sebelumnya jelas tidak bisa mengimbangi pukulan tersebut. Saking kerasnya tangan mungil Lisa menghantam, tubuh pria itu terhuyung jatuh ke belakang. Bahkan benturan badan ke ubinnya memekak kencang hingga menarik kesadaran Jennie untuk ikut bangun.
"Selama ini gue masih diam karena gue pikir lo bisa kendalikan diri lo sendiri! Tapi sepertinya gue salah. Karena nyatanya, manusia nggak punya otak kayak lo memang pantas gue kasih pelajaran!" Lisa mendesis. Tak memberikan sebuah celah, Lisa langsung menyeret Jennie masuk dan membanting pintu untuk dikunci sekalian.
Taehyung memandang bengis pada pintu apartemen bernomor 16 itu. Nafsu hati ingin mendobrak dan melambungkan serangan balik pada wanita sialan itu. Tapi, yang bisa dia lakukan hanya menahan rintihannya sebab tulang punggungnya terasa ada yang membiru. Belum lagi saat dia menarik bibirnya, ada sebuah cairan yang terasa asin. Begitu Taehyung menyentuhnya, amis darah bercucuran. Emosinya makin saja meletup-letup.
"Anjing!" Dia membelungsang tak terima. Sambil bangkit tertatih-tatih, Taehyung bersumpah pada dirinya sendiri, bahwa dia akan membalas perbuatan Lisa suatu saat nanti.
Nanti. Karena saat ini, tubuhnya terasa limbung, dan ia memutuskan pergi dari sana membawa semua emosinya untuk ditimbun kuat.
Sementara di dalam, sudah dapat dipastikan oleh Jennie semurka apa kekasihnya itu. Terlihat dari caranya menyugar rambut berulang kali sambil mondar-mandir, lalu menghembuskan napasnya dengan suara kesal yang kentara, hingga dia kembali menatapnya seperti singa hutan yang membara mendapat mangsanya. Jennie sampai menelan saliva, nyalinya menciut dalam melihat kobaran kemarahan itu.
"Mau kamu tuh apa sih, Jen? Mau kita putus atau gimana? Nggak usah segala ulur waktu kalau kamu memang pengen sama dia! Kamu bilang sekarang sama aku, kalau kamu sayang sama dia!" Telunjuk Lisa mengudara tinggi ke sembarang arah, mengisyaratkan pintu pergi jika Jennie memang sudah berubah.
"Kamu tahu aku lebih kecewa kayak gini, Jen. Lihat secara gamblang kamu yang selalu ada untuk dia, ketimbang kamu yang selalu bilang kalau aku ini lebih penting dari apapun. Jen, cukup. Aku tahu aku memang bodoh selama mencintai kamu. Tapi, aku nggak bodoh-bodoh banget untuk memaksakan orang terus bertahan denganku."
Detik ini, sorot mata itu perlahan-lahan memudar lebih lembut. Serupa emosi yang menjadi nelangsa, seruak air matanya bahkan disaksikan oleh bisu Jennie. Dia bahkan masih sulit terbaca oleh Lisa. Ada pandangan misterius yang tak mampu Lisa tembus. Dia menyerah untuk mencari tahu arti itu. Lisa menunduk, kemudian menghembuskan napasnya sebagai peluruhan bulir air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What If | Jenlisa✔
Fanfic(E-BOOK ONLY) Jika Lisa diberi satu kesempatan untuk kembali ke masa lalu, hal yang paling ingin Lisa perbaiki adalah dirinya sendiri. Cara percayanya pada Jennie, kasih sayangnya yang besar, permohonannya, dan kepulangannya. Lisa ingin pulang dan m...