"Menghadeh, si Jee kemana? Tumben banget batang hidungnya dan kuciran rambutnya belum keliatan." Ucap Echa memasuki kelas bersama Salma.
Tanpa sengaja, karena tadi angkot yang ditumpangi Echa demo yang alhasil dia diturunkan tengah jalan. Hingga akhirnya Salma mengklakson motornya mengajak Echa bareng.
"Kayaknya Jee lagi dijalan." Sahut Salma.
Gadis anggun yang membuat banyak lelaki terpesona. Termasuk lelaki bernama Prayudha Raditya, mantannya.
"Kayaknya, kamu duluan aja duduk. Aku mau nyari princess mermaid itu dulu." Ucap Echa pada Salma yang langsung dipatuhinya.
Gak heran dia disukai banyak orang, wajahnya yang anggun, kelakuannya yang kalem dan sikapnya yang patuh membuat siapapun gemas.
"Tumben banget ini duyung belum muncul." Gumam Echa sembari berjalan di lorong, niatnya ke arah kantin yang dekat dengan parkiran.
"Thanks, Ja. Buat tumpangannya dan traktiran sarapan tadi pagi." Ucap seorang gadis pada lelaki yang terlihat membukakan helmnya.
"Sama-sama, cantik. Gih masuk, nanti keburu dosennya yang duluan masuk."
Echa yang melihat adegan romance pagi-pagi sangatlah gedek. Ingin rasanya dia melipat bumi saat ini juga dan menjualnya pada alien.
"Bagus, aku cariin baru dateng sama doi baru." Sinis Echa dengan tangan bersedekap.
"Dia emang cowok aku, Cha. Udah empat tahun, lagian kemarin aku balikan sama dia."
"Anjir, setan, gila! Ngatain orang bulol tapi sendirinya lebih parah."
"Gimana lagi, kita break terus nyambung. Ya gitu aja, gak ada komunikasi intens layaknya orang pacaran. Temen aku aja ngira kita gak jadian." Jelas Jeevika sembari jalan menuju kelas.
Tangannya mengeluarkan sebuah paperbag kecil untuk aksesoris dan diberikannya pada Echa. "Dari Alaska, dia nitip katanya."
Gadis itu penasaran dan langsung membukanya. Terlihat sebatang coklat, origami bentuk cincin dan origami bunga. Sepertinya, tanda pertemanan untuk mereka karena kemarin.
"Bilangin makasih sama dia nanti, Jee." Ucapnya yang dibalas anggukan Jeevika.
"JEEVIKA!" Panggil Sagara mendekati bangkunya ketika baru saja duduk.
"Kenapa?" Tanya Jeevika singkat. Perasaan dia benar-benar berantakan, dia memikirkan apakah keputusannya untuk balikan adalah hal yang pas?
"Jadian, yuk."
Mata Jeevika dan Echa sontak melotot. "Gila, gada. Kita beda keyakinan." Tolak Jeevika mentah-mentah.
"Padahal hatinya ketar-ketir, yakin." Gumam Echa menatap Jeevika yang masih terlihat adu mulut dengan Sagara.
Sedetik kemudian, Jeevika pergi meninggalkan Sagara yang terlihat kesal karena ditolak mentah-mentah olehnya.
"ECHA!" Teriak Sagara.
"Ngapa kau, Raju?" Jawab Echa.
"Bujuk kawanmu itu biar mau sama aku. Gemes juga liat dia lama-lama, jalan terus sama cowok lain."
Sagara menunjuk Jeevika yang kini berada duduk anteng di bangku depan seorang lelaki bernama Bayu sambil memakan roti yang diberikan Bayu. Lelaki culun yang otaknya tidak usah diragukan.
Penampilan Bayu bak anak kecil yang pertama kali masuk sekolah. Kemeja rapi dimasukkan kedalam celana dengan masih ada lipatan bekas setrika, sabuk kencang yang mengikat perutnya, rambut klimis seperti habis diberi minyak rambut dan juga pita kupu-kupu yang bertengger menggantikan dasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEJA VU
RandomSemuanya salah! Kamu pergi tanpa menyebutkan alasan, aku berusaha mengobati dengan menerima orang baru tanpa perasaan dan hanya sekedar nyaman. Sedangkan dia, kamu jadikannya pelampiasan.