Part 12

150 10 1
                                    

sambil dengerin lagu yang dinyanyiin caisya ya all

happy reading all

○○○

"Tolong yakinkan aku, pertahankan atau ku menyerah, namun bila tak bisa bersama, lebih baik menghilang~" Suara cempreng Caisya memenuhi ruang tengah menyanyikan lagu Fabio Asher.

"Bisa diam, gak? Suara kamu buat telinga Kakak berdarah, Sya!" Kesal Cavya sambil menutup kedua telinganya.

"Enak saja! Suara aku tuh merdu tahu. Bahkan aku mau ikutan audisi nyanyi biar bisa jadi artis"

Ibu terkekeh geli. Dua anaknya ini bertolak belakang sifatnya, yang satu gengsian+irit ngomong. Yang satu lagi cerewet+heboh. Jadi setiap mereka berkumpul seperti ini suara Caisya lebih mendominasi.

"Mati sebelum perang nanti kamu, Sya"

"Ish, dukung kek Adiknya punya cita-cita, tuh. Bukan malah mematahkan harapan gitu"

"Ya lagian kamu. Kejauhan, Sya, suara kamu pas-pasan gitu mau ikut audisi nyanyi"

Caisya cemberut. "Namanya juga usaha" Gumamnya.

"Bilang saja Kakak galau dengar lagunya, kan?" Lanjutnya mencibir.

Cavya mendelik kesal. "Dih, Gak jelas kamu" Caisya hanya menye-menye tidak jelas meledek Kakaknya.

"Kak, kamu kebiasaan kalau pulang suka malam terus. Padahal jam 6 juga sudah waktunya pulang, kan, Kak?" Tanya Ibu. Cavya hanya cengengesan tidak jelas sambil menggaruk lehernya.

"Padahal tadi ada Kak Bayu" Ucap Caisya santai sambil memakan keripik kentang.

Cavya menoleh kaget. "Apa?! Kok gak bilang?"

"Bayu nungguin kamu tadi, Kak. Kamunya saja yang pulangnya selalu larut. Kemana dulu, sih?" Tanya Ibu.

"Cavya di kantor. Sengaja selalu ambil lembur" Cicitnya kecil.

"Kenapa?" Caisya heran. Jam kantor itu sampai pukul 6 sore, tapi Cavya selalu pulang pukul 8. Tidak tahu kenapa.

"Ingin saja, sih" Jawabnya pelan.

Caisya berdecak. "Halah bilang saja gak mau lihat langit biru"

Ucapan Caisya membuat kening Ibu mengerut. "Maksudnya?"

"Ituloh bu--" Dengan cepat Cavya membungkam mulut Adiknya itu dengan memasukan bapau dengan potongan besar.

"Gak, Bu. Ya aku lagi suka saja pulang malam, enak adem gitu" Ucap Cavya cepat.

Caisya memasang wajah kesalnya. "Nyebelin banget, sih! Gede banget tadi bapaunya, ih. Kalau aku tersedak gimana, hah?"

Cavya hanya cengengesan sambil mengangkat dua jarinya pertanda 'peace'.

"Sudah-sudah, masuk kamar, gih. Cuci kaki, gosok gigi, tidur" Ibu menengahi perdebatan Kakak beradik itu.

Cavya dan Caisya menatap Ibu horor. Cuci kaki, gosok gigi? Dikira mereka bocil SD diingetin kayak gitu?

"Ibu kayak ke anak kecil saja. Kita sudah besar, Bu" Ucap Caisya kecil.

"Ck, kalian di mata Ibu masih anak kecil, tahu"

Cavya tersenyum tipis. "Iyaaaa Ibuku cayangg" Ucap Cavya bernada sambil memeluk Ibunya erat, mencium pipi Ibunya berkali-kali. Ia memberi kode pada Caisya agar ikut bergabung berpelukan dengan mereka.

"Cayang Ibu banyak-banyak" Pekik Caisya senang.

○○○

Mantan? SIAPA TAKUT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang