Part 14

142 11 0
                                    

alo all, 6 hari ga up sowwy ya

happy reading all!

○○○

Tepat dibawah pohon mangga, diseberang balkon kamar Cavya, Kafi duduk disana, menatap keatas pada balkon kamar Cavya yang tertutup rapat, bahkan lampu kamarnya pun mati. Apa sudah tidur? Tapi ini masih jam 7 malam.

Sudah satu jam Kafi duduk disini. Berharap pemilik kamar itu duduk dikursi balkon menatap langit malam sambil menyeruput matchalatte-nya. Tapi yang diharapkan tidak ada.

Sepertinya ia harus mencoba lagi malam besok.

Tapi ternyata malam kedua juga sama. Lampu kamarnya mati. Bahkan kali ini ia menunggunya tiga jam. Ia juga membawa makanan untuk Cavya. Tapi sepertinya ia masih tidak ada dikamarnya.

Malam-malam selanjutnya masih begitu. Bahkan sampai malam ini. Malam ketujuh ia menunggu dibawah pohon mangga itu. Apa mungkin pindah? Tapi ia lihat lampu kamar yang lainnya menyala, hanya lampu kamar Cavya yang mati.

Kemana Cavya?

Kafi mengusap wajahnya frustasi. Cavya selalu berhasil membuatnya tampak frustasi.

Kafi melirik jam yang melingkar ditangannya. Pukul tujuh. Kakinya melangkah menghampiri gerbang rumah Cavya yang tidak terlalu tinggi. Tidak ada satpam. Ia mendorong gerbang itu pelan. Memencet bel rumah Cavya, sampai seorang wanita paruh baya membuka pintu itu, Ibu.

"Ya? Cari siapa, ya?" Tanya Ibu ramah.

Kafi mendadak gugup, tangannya menggenggam erat bawaan yang ia bawa. "Saya cari Cavya, Cavya-nya ada, Tan?"

"Oh, kebetulan Cavya lagi diluar kota. Sudah semingguan dia belum pulang"

"Kalau boleh tahu, tepatnya dimana ya, Tan?"

"Bandung. Kamu temannya Cavya, ya?"

Kafi mengangguk kecil. Niatnya ingin jawab calon suami, Tante. Tapi ia tidak akan gegabah seperti itu. Yang ada nanti malah menjadi salah langkah karena mengaku-ngaku.

"Yasudah masuk, yuk. Minum dulu" Ajak Ibu ramah.

Kafi menggeleng cepat. "Ah, gausah Tante. Saya langsung pulang saja. Sudah malam juga, maaf mengganggu waktunya"

"Oh gitu? Yasudah. Nanti Ibu sampaikan pada Cavya kalau temannya ada kerumah. Maaf dengan nak..?"

"Kafi, Tante"

Ibu mengangguk ragu. Seperti pernah mendengar namanya.

"Oke, nak Kafi"

"Yasudah kalau begitu saya pamit Tante, Assalamualaikum" Pamitnya sambil mencium tangan Ibu, lalu buru-buru pergi.

"Siapa, ya? Baru tahu Cavya punya teman namanya Kafi" Gumam Ibu.

Belum selesai Ibu menutup pintu Kafi berteriak dari arah gerbang sambil berlari. "Tante!"

"Eh? Kenapa nak Kafi?"

Kafi menyodorkan makanan yang ia bawa. Setiap malam saat ia menunggu Cavya dibawah pohon mangga, ia selalu membawa makanan. Tapi selalu ia bawa pulang lagi karena tidak pernah sampai pada yang ditujunya. Kali ini ia tidak mau membawa pulang lagi makanan itu.

Semua makanan yang ia bawa memang semuanya kesukaan Cavya, tapi semoga keluarga Cavya yang lain suka.

"Buat Tante dan keluarga, hehe" Ucapnya sambil meringis malu karena berteriak dari kejauhan.

Ibu terkekeh geli. "Harusnya buat Cavya, ya?" Kafi hanya menggaruk tengkuknya canggung.

"Yasudah, Tante terima, ya. Terimakasih, nak Kafi" Kata Ibu sambil tersenyum. Kafi kembali pamitan pada Ibu.

○○○

"Huh, akhirnya selesai juga. Makan dulu, yuk?" Ajak Ando.

Sekarang ini mereka berempat--Ando, Cavya, Regita, dan Doni-- berhasil menyelesaikan projek kali ini dengan cepat, hanya dalam waktu seminggu mereka bisa merampungkan semuanya. Hanya mungkin nantinya mereka sesekali akan kembali lagi untuk mengecek.

"Ayo, lapar juga gue" Keluh Doni.

"Tapi kita pulang kapan? Malam ini juga atau besok saja?" Tanya Regita.

"Malam ini, yuk. Sudah kangen rumah, nih" Saran Cavya.

Regita menatapnya malas. "Anak muda, seminggu ninggalin rumah saja bahasanya kangen rumah" Ucapan Regita membuat Cavya meringis malu.

"Oh, jadi lo anak tua, dong?" Sinis Ando.

Regita memelototkan matanya. "Dih?"

"Seminggu kita bareng-bareng gak buat lo jadi baik, ya?" Ando terus menatap Regita dengan sinis.

"Maksud lo gue orang jahat, gitu? Dan lo manusia paling baik, iya?"

"Gue gak sebut diri gue manusia paling baik. Tapi lo selalu bicara dengan nada sinis, gak sadar lo? Emang gak bisa bicaranya baik-baik. Lembut dikit gitu, lo cewe btw"

"Harus banget lo urusan cara bicara gue?"

Cavya dan Doni saling pandang, lalu sama-sama menghela napas lelah. Ini sudah jam 8 malam loh. Mereka bahkan baru bernapas lega karena pekerjaan mereka akhirnya selesai, bahkan baru saja merencanakan untuk pergi makan. Tapi lagi-lagi Ando dan Regita berdebat.

Regita memang begitu. Cara bicaranya tak pernah biasa, Doni tahu tabiatnya. Hanya saja Ando dan Cavya tidak biasa dengan kebiasaan Regita yang seperti itu, terlebih Ando. Hanya Doni yang sudah biasa, karena memang mereka satu divisi.

"Kalian gak bisa sehari saja gak berantem, ya?" Jengah juga Doni lama-lama.

"Ando yang selalu ngajak berantem gue. Gue gak suka, ya, gue sela Ucap Cavya hati-hati.

Doni langsung menarik tangan Regita untuk masuk ke mobil. Ando dan Cavya nengikutinya.

"Kita cari makan setelah itu balik hotel untuk ambil barang, dan kita langsung pulang" Ucap Doni tegas.

○○○

sedikit ya mwehehehe

jangan lupa vote dan komen all bayy

Mantan? SIAPA TAKUT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang