Part 20

82 7 0
                                    

happy reading all!

○○○

Sekarang ini Cavya dan Kafi sedang berada di klinik. Cavya yang tahu Kafi datang untuk mengajaknya ke klinik itu langsung mencak-mencak tak mau.

Lihat saja sekarang raut wajahnya. Keruh, kek comberan. Kafi yang melihat itu hanya tertawa, merasa lucu saat muka pias Cavya memberenggut kesal.

Bersinnya Cavya tidak hilang-hilang. Bahkan sekarang suhu tubuhnya sedikit panas. Kemarin memang mereka main hujan agak lama, lebih lama dari biasanya mereka main hujan saat dulu.

Sepertinya kemarin mereka terlalu terbawa suasana. Tiap tetesan air hujan yang jatuh mengenai tubuh seperti membawa satu kilasan moment. Karena banyaknya kenangan itu, membuat mereka berlama-lama dibawah air hujan. Seperti balas dendam akan waktu yang mereka habiskan untuk saling melupa.

"Udah, dong, ngambeknya" Ucap Kafi sambil sedikit menunduk menatap wajah Cavya yang terus-menerus menyembunyikan wajahnya.

Kafi terkekeh, "Kan biar sembuh, oke?"

"Hm"

Sesaat setelah itu nama Cavya dipanggil. Kafi menemani Cavya masuk ruangan untuk diperiksa. Tak ada hal serius Cavya hanya diperiksa tekanan darah dan ditanyai apa saja keluhannya. Lalu disuruh menebus obat. Sudah, tidak disuntik.

"Gak disuntik, kan?" Tanya Kafi yang dibalas anggukan kecil oleh sang empu.

"Setelah ini kita tebus obat dan cari makan, oke?"

"Terserah" Kafi hanya tersenyum.

"Tadi kata dokternya apa coba?"

"Gak tahu, gak dengar" Ketus Cavya.

Kafi memutar bola matanya, "Jangan kerja yang berat-berat dulu, jangan makan es krim dulu, kalau bisa bed rest dulu sampai flu-nya hilang. Salah satu faktor kamu sakit juga karena badan kamu kecapean, jadi sekalinya dibawa main hujan sakitnya kayak gini"

"Iya, bawel"

"Kok gitu? Ngeyel mulu. Dulu tiap kita main hujan kamu gak pernah sampai sakit begini, ya. Ini, kok, sampai sehari semalam malah suhu tubuh kamu panas"

"Ya itu, kan, dulu"

"Iya, makanya itu apa yang buat hal itu berubah? Ya ternyata badan kamu yang memang gak 100% fit. Kamu gak merasa apa kalau badan kamu itu gak se-sehat itu?"

"Apaan, sih, lebay. Kayak Ibu" Kafi menghela napas panjang. Perubahan Cavya remaja dengan Cavya pra-dewasa ini lumayan membuatnya frustasi.

Cavya yang sekarang sangat keras kepala, susah diatur, dan menyepelekan rasa khawatir seseorang, termasuk Ibunya sendiri.

"Jangan kerja terlalu keras, ya? Kamu perempuan, gak sekuat itu fisiknya buat terus diforsir berlebihan"

"Ya aku kerja gila-gilaan juga buat apa?! Buat lupain kamu! Tapi kamu malah datang lagi dan buat pertahanan aku hancur! Kamu tuh mikir gak, sih, kamu udah buat aku setakut itu mulai hubungan lagi?! Dulu aku udah bilang berkali-kali kalau bosen itu bilang, jangan selingkuh!" Lihat, dia memaksakan dirinya berteriak saat ia sedang sakit.

"Aku gak selingkuh, Cavya! Berhenti nuduh aku kayak gitu!" Dan bodohnya, Kafi juga ikut berteriak.

Bagus. Mereka masih di kawasan klinik, dan itu tentu saja membuat pasien lain terganggu.

Cavya memegang kepalanya yang berdenyut, sepertinya sakitnya kali ini akan bertambah lama. Kafi segera menuntun Cavya menuju mobil. Memasangkan seatbelt pada perempuan keras kepala itu, lalu memutari mobil dan duduk didepan kemudi.

Mantan? SIAPA TAKUT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang