Part 26

99 8 0
                                    

masih anget, baru bgt kutulis mumpung ngalir otaknya.

double up tengah malem mwehehe

happy reading ya, all!

○○○

Cavya hanya menatap kosong kearah pintu balkon yang berbalut kaca. Sekarang sudah pukul 9 malam dan diluar hujan. Matanya sembab, hidungnya memerah. Sudah tak ada air mata yang mengalir.

Tapi hatinya masih sakit.

Bayu dengan tega membuka kembali luka lamanya disaat ia dengan keras mencoba berdamai.

Bayu mengantarnya kerumah. Entah bagaimana dengan nasib motor yang ia tinggalkan di parkiran kantor, masa bodoh dengan itu.

Kamarnya berantakan. Ia mengamuk. Membanting semua barang. Pecahan lampu tidur masih berserakan, kasur sudah acak-acakan dengan sprei yang ia lempar entah kemana, pun dengan bantal dan gulingnya

Ibu, Nenek, Caisya, dan Ayah yang pukul 6 tadi baru pulang saja tak ia izinkan masuk kamarnya. Cavya mengunci pintu kamarnya, melempar kunci itu hingga entah kemana perginya.

Ponselnya sedari tadi berdering. Tak tahu siapa yang menelponnya, ia tak peduli. Ponsel itu juga tergeletak dibawah lemari sehabis ia lempar, mungkin sekarang layarnya retak.

Semakin lama berdiam diri dengan pandangan kosong, semakin banyak juga kilasan kejadian itu berputar di kepalanya.

Benar seperti yang Bayu ucapkan. Papahnya selingkuh saat ia berumur 15 dan Caisya berumur 13.

Bukan, bukan Ayah. Tapi papah. Papah kandungnya. Saat itu Papah selingkuh dengan sekretarisnya yang Cavya dengar sudah berjalan selama 3 tahun.

Sebenarnya, Cavya sudah berkali-kali curiga pada gelagat Sang Papah, tapi ia yang saat itu masih berumur 15 tahun mencoba berpikiran positif. Berpikir bahwa kedekatannya dengan sekretarisnya yang ia lihat saat bermain ke kantor Papah itu hanya sekadar formalitas.

Tapi semakin kesini, padangan Cavya berubah. Papah memang benar-benar selingkuh. Cavya sering mendapati Ibu dan Papahnya bertengkar, menyebut-nyebut kata perselingkuhan dan perceraian.

Keesokan harinya, tak jarang ia dapati luka lebam di tubuh Ibu setelah pertengkaran itu.

Setelah itu Papah dengan ringan tangannya juga memukulnya saat ia berbuat salah. Caisya yang saat itu baru masuk SMP pun hampir kena pukulan Papah jika saja ia tak menghalanginya. Cavya mengamuk saat tahu Papah akan memukul Caisya juga.

Sejak saat itu, hanya Ibu dan Cavya yang sering kena pukul.

Ini terjadi pada saat tahun ketiga Papah selingkuh. Ibu yang sudah muak dengan kelakuan Papah yang semakin terang-terangan berselingkuh di hadapan istri dan anak-anaknya meminta cerai.

Karena kedua orangtua Ibu sudah tiada, sementara waktu Ibu tinggal dirumah Mamahnya Papah. Ya, Nenek yang sekarang menginap dirumahnya.

Perceraian Ibu dan Papah tidak membuat kasih sayang Nenek hilang. Malah semakin sayang sebab malu dengan kelakuan anaknya yang keterlaluan.

Setelah perceraian itu, Ibu banting tulang mencari pekerjaan. Sampai akhirnya Ibu bekerja di salah satu perusahaan kecil di Bandung. Dan dipertemukan dengan Ayah. Saat itu Ayah salah satu teman Bos Ibu.

Itu sebabnya mengapa ia setakut ini mendengar perselingkuhan. Dalam kepalanya urutannya itu; perselingkuhan, kekerasan, perpisahan.

Sebab itu pula saat ia menyangka Kafi selingkuh, dengan nekatnya Cavya pergi ke Jakarta. Karena jika Cavya diam, takutnya Kafi melakukan kekerasan seperti yang Papahnya lakukan, yang akan berakhir pada perpisahan.

Mantan? SIAPA TAKUT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang