Pertemuan 3

4.9K 203 0
                                    

"Lho pak, kok berhenti?". Dengan kebingungan yang terlintas di wajah Liliya ketika melihat mobil taksi ini berhenti. Supir tersebut melirik ke arah kaca spion dan menghela nafas.

"Maaf Non, sepertinya ada yang bermasalah. saya cek dulu ya". Dengan itu Supir tersebut keluar dari mobilnya dan dia pun segera berjalan ke arah ban belakang mobilnya. dia pun mengeluarkan ponsel dari saku bajunya dan mengetikkan nomer seseorang di sana, setelah tersambung dia pun berkata.

"Sesuai rencana Tuan. silahkan datang ke jalan xxx, nomer 27"

Sambungan pun terputus secara sepihak dan dengan itu sang Supir sengaja memperlambat proses pemeriksaan nya. Setelah hampir 15 menit, pintu mobilnya terbuka dan Liliya pun keluar lalu menghampiri supir tersebut.

"emmm, gimana pak? bisa ga? ini udah malam banget soalnya, takutnya nanti ibu aku nyariin"

Supir tersebut menoleh dan kemudian mulai berdiri sambil mengibaskan tangannya untuk menghilangkan beberapa debu disana.

"Sebentar lagi—". Ucapan nya pun terpotong ketika sosok pria menghampiri mereka berdua, Liliya sedikit memicingkan matanya dan kemudian dia melebarkan mata ketika melihat jika itu adalah Matthias.

"Pendeta? kok pendeta ada disini?". Tanya Liliya dengan bingung.

Matthias menatapnya dan kemudian tersenyum lembut. "Kebetulan apartemen ku lewat sini sayang. oh ada apa dengan mobil taksi mu? apakah kamu perlu tumpangan?". Kata Matthias, dia sedikit melirik ke arah supir tersebut dan mengangguk kan kepalanya dalam diam, senyuman miring pun mulai terlintas di benak nya.

"Hey pak, sudah kah aku bilang untuk membawanya sesuai alamat?". Supir tersebut menunduk dan sedikit membungkuk kan tubuhnya untuk menunjukkan rasa hormat. "Maafkan saya Tuan... entah kenapa tiba-tiba ban mobil saya bocor"

Gadis berkuncir kuda tersebut terus menatap ke arah jam yang melingkari lengannya, sudah hampir jam 11 malam. Liliya menoleh ke arah Matthias dan menatapnya dengan tatapan memohon. "Umm bagaimana jika—".

"Tidak perlu berbicara lagi Liliya, ayo naiklah ke mobil ku.". Setelah mengatakan hal tersebut, gadis lugu itu menghela nafas lega dan tersenyum terimakasih kepada pendeta tersebut. Dengan itu, Liliya segera berjalan memimpin di depan. Matthias kemudian beralih ke arah supir tersebut yang merupakan suruhannya.

"Katakan saja kepada Jack (Tangan kanan dari Matthias), untuk memberikan beberapa dolar untuk mu. kau melakukan pekerjaan dengan baik sobat!". Setelah mengatakan hal tersebut, Matthias berjalan mengikuti Liliya. dan setelah sampai di mobil, Matthias dengan lembut membuka pintu mobil tersebut dan membiarkan gadis tersebut masuk terlebih dahulu.

Setelah gadis tersebut masuk, pendeta tersebut mengitari mobilnya dan mulai masuk kembali ke tempat pengemudi. dia kemudian menutup pintu mobilnya dan setelah itu menyalakan mesin mobilnya. Dengan kekuatan yang sedang mobil tersebut melaju untuk pergi ke rumah gadis ini, yakin? Matthias sudah menyiapkan semua nya di depan sana, membawa gadis ini pergi bersamanya!

.
.
.
.

00.08 pm

Matthias menoleh sejenak ke arah Liliya yang tertidur dengan lelap. Pendeta tersebut sengaja memutar-mutar jalan yang mereka lewati agar memperlambat waktu, dan rencana pertama nya pun berhasil, membuat Liliya tertidur.

Matthias membelokkan stirnya dan kemudian dia memarkirkan mobil nya. dengan itu, dia menyeringai dan mengelus rambut Liliya yang terkuncir. "Kau menjadi milikku, selamanya".

Pria tersebut membuka sabuk pengamannya dan kemudian keluar dari mobil, di sana ada beberapa pengawal yang sudah berjejer rapih. Matthias mengitari mobil dan berjalan ke arah mu, dia membuka pintu mobil penumpang dan kemudian dia membungkuk untuk melepaskan sabuk pengaman yang di pakai oleh Liliya.

Dengan itu, Matthias segera menggendong tubuh mungil Liliya yang seperti tidak ada beban baginya. Dia menutup pintu mobil dengan kakinya dan kemudiaan dia berjalan memasuki bandara.

Salah satu pengawalnya menghampiri nya dan kemudian dia sedikit membungkuk. "Pesawat telah siap Tuan". Matthias mengangguk mengiyakan lalu dia menunduk sedikit untuk menatap wajah damai dari gadis polos ini.

"I'm sorry Babe, tapi aku memang harus membawa mu". Katanya dengan nada mengerikan. Saat mencapai pesawatnya, dia segera memasuki sebuah kamar yang berukuran sedang, dengan kasur yang mewah berada di tengah-tengah ruangan tersebut.

Dengan lembut Matthias meletakkan tubuh mungil tersebut di atas kasur lembut itu, dia menarik selimut dan mulai menutupi tubuh mungil tersebut dengan selimut.

Dengan itu, ia pun melangkah keluar dari sana dan saat itulah pesawat pribadi nya mulai lepas landas untuk menuju ke Italia.

"Gadis yang malang, akhirnya aku bisa membawa mu pergi. bersama diriku"

————————————————

Harap bijak dalam membaca cerita ini.

Btw disini saya bikin pemeran wanitanya menye-menye dan polos.

Matthias Drevn [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang