Backstory Liliya Qeenna

932 29 0
                                    

Seorang gadis kecil yang berada di taman dengan keluarga, gadis berkuncir kepang tersebut terus melemparkan bola yang ia bawa dari rumah ke arah ayahnya yang sigap menangkap bola tersebut.

Sedangkan gadis yang memiliki rambut yang cukup pendek hanya duduk di tempat tikar yang di gelar di sana, bersama sang ibu. Gadis kecil itu terus menatap saudara nya dan juga ayahnya yang bermain dengan gembira. Kemudian, gadis berambut pendek itu menoleh ke arah ibunya yang sedang sibuk menyiapkan makanan ringan.

"Mama, Liliya ingin bermain juga dengan ayah". Ujar gadis kecil tersebut dengan mata bulatnya yang penuh harap, wanita yang sudah cukup berumur tersebut menoleh dan melontarkan senyuman hangat.

"Setelah kakak mu selesai, kamu bisa bermain dengan ayah mu. Okey?". Ujar wanita tersebut, Liliya yang mendengar itu pun mengangguk dengan lucu.

Gadis berambut pendek itu, kembali menatap ke arah ayah dan juga saudara nya itu, tak berselang lama sebuah bola yang mereka mainkan tergelincir ke arah Liliya. Gadis kecil itu segera berdiri dan kemudian mengambil bola tersebut, dia berjalan mendekati saudaranya.

"Kak, bagaimana jika kita bermain bersama?". Tanya Liliya dengan wajah penuh harap, Ayah yang mendengar hal tersebut terkekeh kecil, dia sampai lupa mengajak Liliya untuk bermain bersama.

"Baiklah gadis kecil, ayo kita bermain bersama". Ujar Arya-Ayah Liliya. Gadis berambut pendek tersebut pun mengangguk, dan saat dia hendak melemparkan bola ke arah saudaranya itu, namun gadis itu menghindar dan berjalan menjauh untuk menuju sang ibu.

Liliya mengerjap bingung, dan juga Arya. Senyuman ceria Liliya yang terpampang di wajahnya pun mulai luntur. Inas yang melihat putri pertama nya yang memasang wajah jengkel pun merasa terheran-heran.

Dengan begitu, Liliya segera menghampiri saudaranya itu yang bernama Ember, Lalu kemudian gadis kecil itu memberikan kembali bolanya terhadap Ember. "Emm kalau begitu kakak saja deh yang bermain dengan ayah". Ujar Liliya dengan senyuman ceria di wajahnya, gadis berambut pendek itu mulai duduk kembali di samping sang ibu.

Ember pun menerima bola tersebut dengan senang dan kemudian dia mulai bermain kembali dengan ayahnya. Liliya pun mulai menatap ke arah mereka berdua yang sedang bermain dengan asyik, mata bulatnya selalu memperhatikan mereka.

Inas mengelus punggung kecil Liliya dengan lembut. "Tidak apa-apa Liliya. Jika kakak mu sudah selesai dengan ayah mu, pasti dia akan bermain dengan mu". Ujar sang ibu dengan menenangkan, gadis berambut pendek itu mengangguk paham.

Setelah beberapa saat, cuaca pun semakin panas dan mereka pun mulai bersiap-siap untuk pulang, saat di perjalanan menuju kompleks rumah mereka, Liliya sesekali melirik ke arah Ember yang dengan nyaman berada di gendongan sang ayah. Liliya semakin mengeratkan genggaman nya di tangan sang ibu, dia juga sangat ingin seperti itu.

"Ayah, Liliya juga ingin di gendong oleh ayah!". Ujar Liliya dengan penuh semangat, Arya pun menoleh dan kemudian mengangguk, dia sedikit mensejajarkan dirinya dengan tubuh Liliya, kemudian dengan satu tangan yang bebas Arya pun mengangkat tubuh mungil Liliya. Gadis berambut pendek itu menjerit kegirangan.

Ember yang melihat hal tersebut pun menggeliat di dalam gendongan sang ayah. Arya yang melihat hal tersebut, semakin mengeratkan genggaman nya di tubuh Ember. "Nak, jangan banyak bergerak. Nanti kamu bisa jatuh loh". Ujar Arya dengan lembut, Ember yang mendengar hal tersebut semakin menggeliat di dalam cengkraman ayahnya itu.

"Ayah, aku ingin turun. Aku tidak mau jika harus di gendong secara bersamaan dengan Liliya.".

Liliya yang mendengar hal tersebut melebarkan matanya, dan kemudian gadis berambut pendek tersebut melirik ke arah ibunya. Inas yang mengerti pun mulai menepuk-nepuk tangannya dengan pelan. "Ayo Liliya, jalan itu lebih nikmat sekali. Kita bisa menikmati angin yang sepoi-sepoi".

Matthias Drevn [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang