Pertemuan 14

1.4K 38 0
                                    

03.45

Akhirnya, Liliya dan juga Matthias mulai kembali ke tempat mereka yaitu Italia, Matthias yang sibuk di sebuah ruang tamu kecil di pesawat pribadinya bersama dengan tab di tangan nya.

Istrinya sudah tertidur dengan pulas di dalam kamar mereka, saat ini Matthias sedang berkumpul bersama Jack dan juga Erren.

"Seperti nya begitu Tuan. Jadi saya harap Tuan lebih berhati-hati." Ujar Erren, sedangkan pria yang sedang memegang tab pun hanya mengangguk dan menganggap semua ini hanyalah hal kecil.

"Memang nya ada apa?". Saut Jack dengan bingung, apakah dia ketinggalan informasi? dia sedikit tidak mengerti apa yang sedang di bahas oleh Erren beserta Matthias.

"Ervan Gimilano, pengedar narkoba ternama di Munchen, dan juga seorang yang cukup berbahaya". Jelas Matthias tanpa mengalihkan perhatian nya dari tab yang ia pegang.

"Jadi selama ini, Tuan punya saingan?"

Matthias mengangkat wajahnya dan kemudian dia menutup tab tersebut sambil menatap Jack dengan tajam. "Tidak ada saingan untuk ku, mereka semua di bawah ku. Menurut ku, untuk mengalahkan semua musuh-musuh ku sangat gampang". Ujar Matthias dengan santai, dia kemudian kembali sibuk dengan tab nya kembali.

Erren hanya mengangkat kedua bahunya dengan acuh, dan kemudian dia mengambil segelas yang berisikan sebuah wine lalu meneguknya. Suasana di ruang tamu tersebut pun mulai hening, dan setelah 5 menit kemudian. Salah satu bodyguard Matthias menghampiri Tuannya dengan wajah yang panik.

"T-tuan... maaf, Nyonya Liliya tidak ada di kamarnya." Ujar bodyguard tersebut sambil menundukkan wajahnya.

Matthias yang mendengar hal tersebut pun langsung berdiri dan kemudian dia mengatupkan rahangnya, tinjunya pun mulai mengepal. "Tunggu apa lagi, cari Liliya sekarang!". Teriak Matthias yang membuat suasana menjadi tegang.

Erren pun segera berdiri dan kemudian dia berjalan ke arah bagian pilot, pria bermata abu-abu tersebut meminta pilot itu untuk segera mendarat, lalu dengan itu pilot tersebut mengangguk dan mulai mendaratkan pesawat tersebut di tempat tanah yang lapang.

Matthias berlari mencari sosok Liliya di seluruh pesawat ini, nafas Matthias pun mulai menderu karena merasa frustasi karena tidak menemukan Liliya.

Saat pesawat tersebut mulai mendarat, Matthias pun mulai berlari ke arah pintu keluar dari pesawat ini. Namun sebelum mencapai pintu pesawat, ponselnya pun bergetar dan dengan segera pria tersebut mulai membuka ponselnya, ada sebuah email masuk.

Terdapat sebuah vidio di dalam tersebut, lalu Matthias pun mulai mengklik vidio tersebut, terpampang lah wajah Ervan dan juga Liliya, istrinya! yang terikat di kursi dengan keadaan tak sadarkan diri.

„Hallo Matthias, tut mir leid, dass dein Flugzeug plötzlich landen muss, oh ja! Wo du gelandet bist, ist nicht weit davon ein Gebäude. Ich warte auf dich."
("Halo Matthias, maaf pesawatmu harus mendarat tiba-tiba, oh iya! Ada sebuah bangunan tidak jauh dari tempat Anda mendarat. Aku sedang menunggumu."). Ujar Ervan dengan senyuman miring yang terpampang di bibirnya. Matthias menggeram kesal dan kemudian dia mulai mematikan kembali ponselnya.

Dia pun langsung keluar dari pesawat dan kemudian mata tajam nya mulai membara ke arah penjuru. Tepat! Matanya menemukan sebuah bangunan yang tak jauh dari sini. Dengan itu, Matthias pun segera berlari dan membuat beberapa bodyguard pun bingung, namun tak elak mereka pun mulai mengikuti tuannya.

.
.
.
.
‼️‼️‼️

Ervan kemudian meletakkan kembali ponselnya dan menaruhnya di atas laci. Pria berambut gelap tersebut pun mulai menoleh ke arah gadis yang terikat di kursi yang tak sadarkan diri, Ervan pun mulai mendekati mereka dan kemudian dia pun membungkuk kan tubuhnya agar sejajar dengan tinggi gadis tersebut.

Matthias Drevn [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang