15 | Finale | Turnamen
"Apa yang sedang kamu pikirkan?" Jennie bertanya, suaranya begitu lembut hingga menghangatkan hati Lisa di bawahnya. Dagunya disandarkan pada dada telanjang Lisa yang ditutupi oleh seprai putih tipis milik Jennie.
Jari-jarinya menelusuri setiap fitur halus wajah Lisa yang tampak masih memerah sejak tadi. Lisa menunduk dan tersenyum lembut, ujung jarinya menggambar lingkaran-lingkaran yang menenangkan di punggung telanjang Jennie.
"Semuanya," Lisa menghembuskan napas, mengulurkan tangannya yang bebas untuk memegang tangan Jennie yang terus menyentuh pipinya. Dia memejamkan matanya dan memberikan ciuman yang lama di telapak tangan Jennie. Lisa menarik kembali dan memegang tangan Jennie di dadanya sambil mengedipkan matanya, "Khususnya kamu."
Jennie merasakan pipinya berubah menjadi merah padam. Tatapan Lisa bisa begitu kuat sehingga selalu membuat Jennie merasa bingung dan terengah-engah.
"Kenapa aku?" Dia bertanya. Senyum Lisa semakin melebar sambil berpikir. Lisa mengalihkan pandangannya ke langit-langit,
"Berbaring di sini di samping mu terasa begitu nyata," kata Lisa, "Saat pertama kali melihat mu, aku merasakan hal-hal yang tidak pernah ku rasakan sebelumnya. Rasanya menakutkan, namun ketika mata kita akhirnya bertemu, rasanya seperti semua berubah. aku tidak takut lagi," kata Lisa sambil tersenyum mengingat cemberut pertama yang dilontarkan Jennie kepada Lisa. Itu terjadi tepat setelah wajah Lisa dipukul dengan bola.
Dia mencoba merayu tapi Jennie hanya cemberut padanya, Jennie pun pergi. Dan hari itu juga adalah hari dimana Lisa tahu bahwa ia terpikat.
"Apa yang kamu rasakan ketika pertama kali bertemu denganku?" Lisa tiba-tiba bertanya. Jennie mengernyitkan alisnya dengan bingung selama beberapa saat sebelum bergeser ke samping dan menyandarkan pipinya di dada Lisa. Ia menyeringai pelan mendengar irama yang tidak stabil di dada si pirang. Ia merasa puas mengetahui bahwa bukan hanya jantungnya yang mengalami kegilaan setiap kali ia berada di dekat Lisa.
"Terganggu," goda Lisa. Lisa tertawa kecil sambil mengangguk,
"Itu cukup jelas, bukan?" Lisa bertanya. Jennie mengangkat bahunya dan melingkarkan lengannya di pinggang Lisa yang mungil. Jennie terkikik,
"Siapa yang bertindak seperti itu pada seseorang yang bahkan tidak mereka kenal?" Jennie bertanya, merasakan dada Lisa bergetar karena tertawa,
"Aku," kata Lisa. Jennie tertawa kecil sebelum tersenyum tipis.
"Namun kemudian, aku menyadari bahwa aku sebenarnya iri," tambah Jennie. Lisa tetap diam yang dianggap Jennie sebagai cara untuk melanjutkan, "kau telah melihat bagaimana keluarga ku. Semua orang hampir tidak pernah tersenyum, tertawa dan menunjukkan kasih sayang. Jadi, melihatmu dan melihat cara mu terlihat begitu bebas dan bahagia sepanjang waktu, aku bertanya-tanya, mengapa aku tidak bisa seperti itu?"
"Tunggu, apakah kita berbicara tentang hari di mana kita bertemu atau?" Lisa bertanya. Jennie menyeringai malu-malu,
"Sebenarnya, aku berbicara tentang saat pertama kali melihat mu di tahun pertama."
Lisa membelalakkan matanya dan kembali menatap Jennie, "Apa?" Dia bertanya. Jennie duduk bersama Lisa, membawa selimut itu ke atas untuk menutupi dada mereka yang telanjang. Gadis berambut cokelat itu menyelipkan sehelai rambutnya dengan gugup di belakang telinganya,
"Kamu tidak ingat ini, tapi di tahun pertama sekolah menengah, lokermu berseberangan dengan lokerku. Dan kamu selalu membuatku kesal," Jennie tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Lisa menyenggol sisi tubuhnya sambil mengejek kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Me (JENLISA)
Fanfiction"Don't worry, I promise I won't touch you." "But, What if I want you to Touch Me?" Ones a popular high school volley ball player and the other is a regular student One loves affection and the other absolutely hates it. What could go wrong? Credit By...