Part 2

280 27 2
                                    

"Biar aku urus penguping yang ada di sini."

Benar. Seharusnya sejak tadi aku tinggalkan saja mereka dengan urusan mereka. Tapi aku tidak bisa membiarkan seseorang yang tidak bersalah harus dibunuh karena kekejaman orang-orang ini.

Terutama yang sedang berada di depanku. Dia menatapku tajam. Kelihatannya dia bosnya, terlihat dari cara berpakaian dan caranya berbicara. Angkuh sekali.

Kenapa polisi-polisi itu lama sekali, sih?

"A-aku tidak mendengar apapun. Aku hanya k-kebetulan lewat." ucapku tergagap. Mencoba memberanikan diri meskipun aku tahu kakiku bergetar.

Alasan yang cukup bagus. Namun mana mungkin ia percaya pada jawaban klise seperti itu! Valerie bodoh.

"Kau berkata jujur?" tanyanya sambil menurunkan pistolnya perlahan-lahan.

Matanya masih menatapku tajam. Aku bisa melihat matanya memancarkan warna hijau yang indah hanya saja wajahnya agak tidak terlihat karena matahari belum muncul juga. Tapi ini kan sudah pagi. Setidaknya harusnya ada beberapa orang yang sudah bangun dan keluar dari rumah mereka. Tapi sekarang justru tidak ada tanda-tanda manusia selain kami.

Aku hanya menanggapi orang itu dengan anggukan. Lidahku terasa kelu. Hanya untuk menjawabnya saja sudah susah.

"Aku tidak percaya padamu." katanya datar.

Sudah kuduga. Bagaimana caranya aku kabur darinya? Pak polisi cepatlah datang!

"Kau tahu apa mottoku?" tanyanya. Pria misterius kembali mengelilingiku. Ia mendudukanku di sadel sepeda dengan paksa. Tanganku gemetaran. Tiba-tiba aku merasakan beban berat di belakangku. Bisa kurasakan pria itu sedang duduk di sadel belakang.

Kurasakan ada tangan mengelus rambutku dari belakang. Kemudian dari samping aku melihat wajahnya sangat dekat denganku. Ia bertopang dagu di pundakku. Dan sebuah tangan kekar melilit perutku, membuatku merasa geli.

S-sial.

Jantungku berdegup dua kali lebih cepat. Aku gemetaran. Apa yang akan ia lakukan padaku? Aku takut ia akan menyakitiku. Ini pelecehan!

"Mottoku adalah, singkirkan semua yang menghalangi langkahmu." ucapnya dengan suara serak. Nafas hangatnya terasa di leherku membuatku bergidik ngeri.

"Jadi, apakah aku juga harus menyingkirkanmu, nona?"

Perkataannya memojokkanku. Ini gila. Dia tidak waras. Jangan, tolong! Siapapun selamatkan aku.

Ngung..ngung..

Suara sirine mobil polisi mengejutkanku. Tiba-tiba cahaya menyorot ke arahku. Kemilau cahaya lampu mobil membuatku sulit melihat sekitar.

"Kita harus segera pergi, Tuan Muda!" teriak seseorang.

Aku merasakan ada hentakan dari bagian belakangku. Aku menoleh ke belakang, dan melihat orang itu sudah tidak nampak lagi. Mataku bergerak liar mencarinya di setiap sudut, namun bagaikan angin, ia cepat sekali menghilang.


"Nona, kau yang melapor tadi? Apa yang terjadi padamu?"

Dia menghilang. Aku sudah bebas darinya.

"Nona, dimana para pelaku dan korbannya?"

Aku selamat! Aku tidak jadi mati.

"Periksa semua tempat!"

"Dia tidak ada dimana-mana!"

Tanpa sadar air mataku menetes sedikit. Aku bahagia!

"Nona!" seseorang mengguncang-guncangkan tubuhku. Menyadarkanku dari lamunan kebahagiaanku. Nyaris saja aku memeluk polisi yang ada di depanku kalau aku benar-benar tenggelam dalam kebahagiaanku.

"Maaf aku melamun. Tadi korbannya ada..di sini."

Aku menuntun polisi itu ke arah gang sempit tempat peristiwa itu terjadi. Di sana ada seorang laki-laki terbaring sekarat dengan sekujur tubuh penuh darah.

Astaga, tidak kusangka akan separah ini keadaannya. Ia tampak sangat menyedihkan. Aku sungguh kasihan padanya. Namun seharusnya aku juga mengasihani diriku yang nyaris saja menjadi korban pemerkosaan. Hm. Semakin lama jalanan di New York sudah tidak aman lagi. Aku harus lebih berhati-hati mulai sekarang. Aku tidak akan melewati jalan ini lagi kalau begitu.


Seorang polisi menghampiriku sambil membawa sebuah notebook dan pensil.

"Nona, kami akan membutuhkan beberapa keterangan darimu."

Aku mengangguk meskipun aku ragu. Haruskah aku mengadukan pria tadi meskipun aku tidak mengenal siapa dirinya. Bahkan wajahnya saja aku tidak tahu. Yang aku tahu hanyalah suaranya dan matanya yang berwarna hijau.

Tentu saja aku harus mengadukannya. Kalau tidak kejadian yang sama akan terulang kembali dan mungkin akan makan korban lebih banyak lagi.

Hm.. Hal itu tidak mungkin kubiarkan terjadi.



***

Minta vote dan commentnya ya kak!

Terima kasih! luv luv luv..

Married To The BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang