"Nona Grace, bagaimana kalau makan malamnya sekarang saja?"
Mendengar suara berat milik Harry, Valerie terdiam di tempat dan dia tidak bisa berhenti merutuk dalam hati. Sudah dia duga Harry akan menghampirinya, cepat atau lambat. Tapi yang tidak dia sangka adalah, Harry datang secepat ini bahkan sebelum dirinya sempat membuat keputusan. Mata Valerie melirik ke arah Charlie yang tahu-tahu sudah berdiri dari tempat duduknya.
"M-Makan malam?" Valerie memilih berpura-pura bodoh.
Harry menyeringai, "Ayahmu tidak mungkin belum memberitahukannya padamu, kan?"
Valerie menggaruk tengkuknya karena gugup. Tatapan Harry yang lurus dan tajam kepadanya benar-benar mengintimidasi dirinya. Membuat jantungnya seakan berhenti berdetak saat itu juga. Benar, Charlie sudah memberitahunya tentang ajakan makan malam itu, tapi kali ini dia benar-benar belum siap.
Tapi ayolah, bukankah ini hanya makan malam?
Apa yang buruk dengan semua itu?
Harry sudah baik hati mengundangnya makan malam, dan jujur saja Valerie merasa tersanjung karena undangan itu. Belum pernah ada laki-laki yang mengajaknya makan malam seperti ini. Bukankah dengan begini mereka bisa punya awal yang bagus dalam menjalin pertemanan?
Tapi sayangnya yang mengundangnya adalah Harry. Seorang yang sepertinya berbahaya bagi dirinya.
"Ah, Valerie sedang sibuk malam ini, Harry. Dia punya tugas kuliah yang harus diselesaikan secepatnya." kata Charlie tiba-tiba. Nadanya tegas, seakan tidak boleh ada orang yang menbantahnya.
Valerie melirik Charlie dan dalam diam dia berkata bahwa semua itu bohong. Tugas apanya? Dia sedang free malam ini. Charlie yang mengerti maksud anaknya hanya menggelengkan kepala dengan tegas.
"Tak masalah," balas Harry sambil terus menatap Valerie, "Akan kusuruh orang-orangku mengerjakan tugas kuliahnya."
Mata Valerie mengerjap. Harry bilang dia akan menyuruh orang-orangnya mengerjakan tugas Valerie? Memangnya mereka bisa melakukan pekerjaan seseorang yang tak lama lagi akan menyandang gelar dokter? Bukannya meremehkan, tapi Valerie tidak yakin saja. Lagipula, semua ini terasa aneh karena Valerie merasa Harry begitu ingin mengajaknya makan bersama.
Kenapa? Kenapa dia begitu berharap di saat mereka tidak saling mengenal sebelumnya?Sementara itu Charlie merasa kesal. Ia benar-benar tahu watak keras kepala Harry. Dia tidak akan berhenti sebelum mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan dia adalah tipikal orang yang ambisius dan berbahaya. Sekali saja dia mempunyai target buruan, dia tidak akan melepaskannya.
Wajar saja saat Harry pertama kali menyebut nama Valerie dalam perbincangan mereka, Charlie langsung merasa tidak tenang.Akhirnya Charlie berkata dengan tegas, "Tapi dia benar-benar tidak bisa pergi."
Harry kini berpindah mata pada Charlie. Ia merasa kesal dan sedikit marah pada Charlie karena pak tua itu terus-terusan menentangnya. Tapi ia berusaha menahan emosinya. Bagaimanapun juga, demi keberhasilan rencananya dan supaya ia mendapatkan apa yang sebenarnya menjadi tujuannya selama ini, Harry terpaksa harus bersikap lebih manis pada Charlie. Sedikit demi sedikit ia harus memulai pendekatan dengan keluarga Grace. Padahal dia dan Charlie punya hubungan yang kurang baik selama ini. Tapi entah kenapa, hanya keluarga ini yang saat ini bisa dia percayai.
Ups, salah, maksudnya manfaatkan.Sialan sekali, karena tiba-tiba kakeknya memberikan persyaratan mutlak yang harus ia penuhi sebelum ia resmi menguasai kerajaan yang kakeknya bangun selama ini.
Tapi sekarang, persetan dengan persyaratan itu, karena sejak pertama kali melihat tatapan ketakutan yang selalu dipancarkan oleh mata gadis itu setiap kali berada di dekatnya, Harry merasakan hal yang aneh dan tak biasa berkecamuk di dadanya.
Suatu perasaan seperti, ingin memiliki.

KAMU SEDANG MEMBACA
Married To The Bastard
FanfictionAku hanyalah gadis biasa. Aku mencintai keluargaku lebih dari apapun di dunia ini. Tidak pernah terbayangkan olehku sebelumnya aku harus melakukan pengorbanan demi kebahagiaan keluargaku. Namun ada seorang pria. Ia tiba-tiba masuk ke dalam hidupku...