5

345 21 0
                                    

saat shidou bangun dia berada di ruangan putih sendirian. dia di rumah sakit pikirnya, dia bangkit dan melepaskan paksa infusnya kemudian beranjak turun dari ranjang tapi sebelum hal itu terjadi pintu terbuka menampilkan kaiser bersama aiku masuk ke ruangannya

“apa yang kau lakukan, berbaringlah sebentar” kata kaiser

“kenapa aku disini”

“tanyakan itu pada kepalamu yang bodoh. apa yang kau lakukan shidou, kenapa kau menyerang sae sampai babak belur seperti itu?. ini akibat apa yang telah kau lakukan”

shidou mendecakkan lidahnya mengejek perkataan kaiser. dia tidak merasa menyesal telah melakukan itu pada anak baru itu dia pantas mendapatkan itu. dia mungkin menyesal karena tidak bisa melakukannya lebih dari itu.

“dia pantas mendapatkan itu, seseorang yang kasar terhadap perempuan dan tidak segan untuk menghinanya. dia bahkan sok tau tentang kehidupanku dan mengejek ku.” ucap shidou

“kau benar benar, apa kau tau bahwa adiknya benar benar akan membunuhmu kalau kita tidak segera datang. dia seperti kehilangan akal saat memukuli mu aku bahkan sedikit merinding melihatnya, dia seperti orang gila” ucap aiku berjalan menghampiri shidou

“dia tidak bisa melakukan apapun tanpa bantuan adiknya dia pengecut menjijikan. lagipula aku tidak takut pada bocah ingusan sepertinya”

“yang kau katakan bocah ingusan tadi hampir membunuhmu” kata aiku kasar

"Shidou menurutku kali ini kau keterlaluan, tadi aku melihat sekilas keadaan si anak baru itu lumayan parah. Gimana kalau sesuatu terjadi padanya dan kau apa yang akan kau lakukan kalau orang tuamu tau " kata kaiser serius menatap tajam kearah shidou

"Ck aku tidak peduli apa yang mungkin terjadi padanya, dia pantas mendapatkan itu atas segala apa yang dia katakan kepadaku. Aku bahkan tidak peduli kalau dia mati" jawab shidou menatap kembali ke arah kaiser 

"Dan biarkan saja mereka datang, itu lebih baik daripada berpura pura lupa kalau mereka mempunyai anak" lanjutnya 

Kaiser mengatupkan bibirnya kesal mendengar perkataan shidou yang sangat tidak peduli itu. Kaiser tau bukan itu masalahnya dan shidou pun tau apa maksud kaiser tapi dia tidak menghiraukan nya

"Sudah kalian berdua, lebih baik kalian makan tadi kami beli makanan di kantin sekarang makan" kata aiku menengahi mereka
.

.

.

Sudah 20 menit lebih mereka menunggu kabar dari dokter yang menangani sae. Orang tua Itoshi belum sampai karena kebetulan sedang berada di posisi yang cukup jauh dari rumah sakit, hanya ada Rin,isagi dan bachira yang masih menunggu di depan ruang IGD.

"Rin tenang aku yakin kalau kak sae baik baik saja, kau harus tenang ayo minum dulu" kata bachira 

Bachira mengambil minuman dari isagi dan membuka nya sebelum diberikan kepada Rin. Rin terlihat sangat berantakan dengan wajah merah dengan bekas air mata disertai memar akibat perkelahiannya dengan shidou.

Bachira berhasil menenangkan Rin, yang dari tadi menangis dengan seluruh tubuh yang gemetar ketakutan. Bachira baru bertemu dengan Rin tadi pagi tapi dia merasa mereka sangat dekat.

Dengan segala keberanian yang ditunjukkan Rin serta rasa kasih sayang yang dia berikan terhadap kakaknya membuat bachira merasakan sesuatu, perasaan yang tidak diketahui apa itu tapi terasa menyenangkan.

Rin mengambil minuman itu dan meminumnya, Rin masih berusaha mencerna apa yang telah terjadi. Baru hari pertama mereka sekolah tapi kemalangan sudah meliputi kakaknya. Entah apa yang akan terjadi pada kakaknya apabila dia tidak ada disana. Dia menghela napas dan menunduk berusaha menenangkan dirinya, dibantu dengan usapan bachira di punggungnya.

Y.O.UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang