30 - Kejadian Tidak Terduga

2.2K 385 16
                                    

"Akhirnya kamu mau ketemu sama aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akhirnya kamu mau ketemu sama aku."

Di bawah meja, Inayah meremas kedua tangannya. Sesekali matanya melirik meja yang diisi oleh Dito, Aji, dan Meta—nama perempuan itu. Satu jam yang lalu, Inayah memutuskan untuk menemui Ikram, mengakhiri semua ini sekaligus membantu Meta meminta pertanggungjawaban. Inayah tahu keputusannya ini pasti akan menimbulkan masalah besar, tetapi untungnya ada Dito dan Aji yang akan membantunya jika suasana sudah tidak kondusif.

"Daripada saya diikuti terus, lebih baik kita bertemu langsung, kan?" Inayah memberanikan diri menatap laki-laki itu. "Kenapa Mas Ikram melakukan ini? Apa Mas tahu saya tidak nyaman?"

"Aku sayang sama kamu, Inayah. Aku mau serius sama kamu."

"Tapi saya nggak mau, Mas. Saya nggak suka dengan cara Mas Ikram."

"Oke-oke, kalau kamu nggak suka, aku akan berhenti. Demi kamu, aku bakal melakukan apa saja."

"Kenapa harus demi saya? Mas bisa berhenti dari sekarang tanpa alasan demi seseorang. Apa Mas Ikram tidak sadar yang Mas lakukan ini udah kriminal?"

"Aku, kan, tidak mencuri barang-barang kamu, jadi apa yang menurutmu kriminal?"

"Menguntit saya itu termasuk tindakan kriminal, Mas. Mas udah bikin orang lain nggak nyaman. Mas udah merusak privasi saya."

"Jadi, aku harus ngapain biar kamu mau sama aku?"

"Mas Ikram nggak perlu melakukan apa pun untuk mengambil hati saya karena saya pengen mengakhiri semua ini. Saya nggak mau ketemu Mas Ikram lagi."

Inayah langsung pada intinya. Dia sudah tidak tahan melihat wajah angkuh Ikram. Dia benar-benar ingin mengakhiri hubungan ini.

"Kamu kenapa ngomong kayak gitu? Kamu nggak inget keluarga kita udah saling ketemu dan akan merencanakan pernikahan? Terus, aku juga udah terima kekurangan kamu itu. Apa lagi yang kamu mau?"

Detik itu juga, Inayah mengerjap. Ternyata benar apa, yang dikatakan Dito. Untung saja Inayah tidak langsung terjebak kata-kata pria ini.

"Saya nggak mau menikah sama laki-laki yang tidak bertanggung jawab, yang hanya berlindung di bawah ketiak orang tuanya, yang selalu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Saya ingin hidup dengan damai dan saya rasa kedamaian itu tidak ada di dalam diri Mas Ikram."

"Lho, aku punya uang. Kamu nggak perlu repot-repot kerja lagi. Kalau kamu nikah sama aku, bakal enak hidup kita."

"Kebahagiaan bukan hanya tentang uang, Mas. Tapi, gimana kita bisa tumbuh sama-sama. Saya ingin menikah sekali seumur hidup."

Inayah memejamkan mata sejenak. Sungguh, dia lelah. Ikram ternyata belum mengerti juga. Ini bukan soal uang. Inayah rasa pekerjaannya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya dan Dito. Inayah butuh laki-laki yang mau diajak kerja sama membangun rumah tangga sampai maut yang memisahkan. Bukan hanya sekadar menikah dan punya anak.

Pelerai Demam - [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang