50 - Pelerai Demam [END]

6.3K 540 135
                                    

2242 kata buat acara nikahan Mas Ahsan dan Mbak Naya ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2242 kata buat acara nikahan Mas Ahsan dan Mbak Naya ❤️

Baris yang rapi, ya.

***

Inayah menatap pantulan wajahnya di cermin meja. Seseorang tengah memasangkan viel di atas hijabnya, setelah sebelumnya dipasangi cenduk mentul dan melati tibo dodo. Inayah masih tidak percaya dirinya mengenakan pakaian serba putih di hari pernikahannya. Inayah merasa ini masih seperti mimpi. Bahkan, semalam kedua telapak tangannya dilukis henna berwarna merah, Inayah masih tidak percaya.

Tiga bulan yang lalu, Ahsan mengajaknya ke Semarang, datang ke acara pernikahan Ryan sekaligus bertemu dengan Ratna dan Hartanto. Lima hari menginap di sana. Tentu saja awalnya Inayah mengalami gelisah. Walaupun sudah beberapa kali pernah bertemu mereka, rasanya jadi berbeda ketika muncul sebagai calon istri.

Uniknya saat itu, Hartanto memberikan tes kepada Inayah, yaitu membedakan wajah Fyan dan Ryan. Kalau Fyan mengenakan kacamata masih ada perbedaan, tetapi ketika benda itu dilepas, muka mereka tampak sama. Ternyata cara membedakannya dengan melihat arah garis rambut. Kalau Ryan ke kanan, sedangkan Fyan ke kiri.

"Sudah selesai, Mbak. Gimana? Masih ada yang mau diperbaiki?"

Inayah tidak langsung menjawab. Matanya masih memandangi bayangan wajahnya yang penuh riasan di depan. Rasanya ingin berteriak di hadapan bayangan itu, berkata 'Kamu keren, Nay!' atau 'Waktunya bahagia sudah tiba'.

Beberapa menit lagi, seorang laki-laki akan mengikat janji di hadapan Allah. Sesuai impian Dito, adiknya itu yang akan menikahkannya. Sejak semalam, Inayah gugup luar biasa karena tidak berhenti memikirkan hari esok. Sampai tidak bisa tidur. Rasanya sungguh seperti mimpi. Inayah takut jika tidur lalu bangun lagi, kenyataan kembali menghantamnya.

"Gimana, Mbak?" Suara sang penata rias mengembalikan Inayah ke dunia nyata.

"Nggak ada, Mbak. Udah cukup," jawab Inayah.

Setelah Inayah mengucapkan itu, penata rias pergi. Tinggallah Inayah sendirian. Detik berikutnya, Inayah kembali dihujani rasa cemas. Tangannya digenggam supaya dingin mereda. Inayah berharap semoga tidak ada keringat yang menetes dan merusak riasannya.

Seseorang menyibak tirai. Dari cermin, Inayah bisa tahu siapa yang datang. Melihatnya, Inayah semakin gugup.

"Ya ampun, kakak ipar aku cantik banget!" Melisa menutup mulutnya. "Sumpah, Nay. Beneran bikin aku pangling! Kamu sempurna banget!"

"Lebai!" balas Inayah dengan suara sedikit bergetar.

"Ih, serius."

Masih dengan rasa gugup, Inayah menyentuh kain hijab di bagian rahangnya. Memang penampilan hari ini sangat sempurna. Belum pernah dirinya merias wajah seperti ini. Dia pernah mengenakan kebaya dan jarik, tetapi belum pernah memakai pakaian tersebut dengan sempurna, di hari besar.

Pelerai Demam - [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang