Setelah lama belajar akhirnya bel pulang berbunyiLily menatap kearah kiri dan kanan, ia menunggu seseorang yang ditugaskan untuk menjemputnya
"LILY!"
Lily mengarahkan pandangannya kearah sumber suara hingga beberapa saat seseorang pun datang dengan motor yang di kendarai nya
"Lo pulang ma siapa?"
Tanya orang itu pada Lily"Lagi nunggu jemputan"
"Gue anter aja"
"Eummm tumben bett Lo baik. Ada apakah gerangan?"
"Bacot Lo, cepetan naik"
"Ciaelah"
Tidak mau membuatnya kesal Lily langsung naik keatas motor
"Dah?"
"Udah."
Tanpa memberi aba aba orang itu langsung melajukan motornya cukup kencang
"ANJNG KAGET!"
"Pegangan."
"HAH? NGGA KEDENGERAN ANJIR!"
Ya sore ini jalan raya sangat bising oleh klakson motor, mobil, begitu juga truk. Jalanan diseberang sangatlah macet dan ramaiElvan mengendarai motornya dengan sangat cepat, ia memilih berkendara di persimpangan jalan dengan kecepatan tinggi karena ia sedang ingin balapan, sekaligus uji nyali:v
"GUE KAGA MAU MATI MUDA ANJNG!!"
"BERISIK BANGET SI LO!"
"YA LO JALANIN MOTOR NYA PELAN PELAN EGE!!"
"PELAN PELAN GIMANA?! INI PERSIMPANGAN JALAN KECEPATAN TINGGI TOLOL!!"
"YA NGAPAIN LO MILIH NI JALAN GOBLOK!!"
"JALAN SEBRANG MACET PARAH! GUE GA MAU PANAS PANASAN!"
"CK!"
"Sumpah Lo kalo bawa motor kek ngajak mati aja"
"Ya lagian gue kaga mau panas panasan, masih untung Lo gue anterin"
"Yyyy, thanks."
"Kaga mau nawarin gue masuk dulu gitu?"
"Ortu gue ngga bakal nerima tamu. Dah per—"
"Lily? Itu teman kamu?"
Seseorang yang menyela ucapan Lily itu menghampirinya dan menatap teduh pada Elvan
"Eh, halo Tante. Saya Elvan"
"Ooh kamu Elvan yang dulu sekelas sama Lily waktu SMP kan?"
"Nah iya Tante"
"Yasudah, Lily kamu cepat bersihkan badan kamu, dan Elvan ayo kamu masuk dulu"
"E-engga Tante, ngga usah"
"Udah jangan nolak, ayo"
Riana—ibu Lily langsung menuntun Elvan dan menyuruh Lily segera membersihkan badannya
"Ish bunda apa apaan sih pake di ajak masuk segala" gumam Lily sambil
-
"Kamu sekelas sama Lily lagi?"
"Ngga Tante, Elvan kelas 12"
"Oiya bener, kan Lily diulang kembali ke kelas 11. Eh kamu jangan panggil saya Tante. Panggil bunda aja"
"Iya Elvan usahain, soalnya belum terbiasa Tan—bunda"
"Emm . . Elvan"
"Iya?"
"Tolong jagain Lily saat di sekolah ya? Bunda takut kalo ada orang yang gangguin Lily. iya kamu tau sendiri lah, Lily kan anak satu satunya Bunda jadi wajar kan kalo Bunda khawatir sama dia"
"Bun-"
"Bunda ngga usah khawatir sama Lily, Lily bisa jaga diri kok. Lily udah besar Bun, jadi bunda jangan berlebihan gitu dong"
Ucap Lily dengan lembut sembari menuruni anak tangga"Ya mau gimana lagi? Kamu anak bunda satu satunya Lily"
"Iya bunda sayangggg, udah ngga usah terlalu khawatir ya? Lily ngga mau loh kalo bunda terlalu kepikiran"
"Iya,iya. Elvan sekali lagi bunda titip Lily ya?"
"Bunda ih"
"Iya bunda, Elvan bakal jagain Lily. Elvan juga bakal usahain selalu ada buat Lily kapanpun kalo Lily butuh" tutur Elvan dengan senyuman
"Makasih ya sayang"
Riana tersenyum dan mengusap lembut kepala Elvan"Iya Tante"
"Ih udah bunda bilang kan? Jangan panggil Tante. Anggap aja bunda itu bunda kamu"
"I-iya Bunda"
"Nah. Sebentar lagi ayah bakal pulang dari kantor, kalian ngobrol dulu aja ya? Bunda mau siapin makan malam"
"Bunda, Elvan pulang aja ya?"
"Udah ngga usah. Elvan makan malam disini dulu"
"Tapi Elvan ngga mau ngerepotin bun-"
"Elvan ngga ngerepotin. Ini rumah Elvan juga, Elvan makan malam disini aja ya? Bunda ngga mau Elvan nolak"
"Yaudah terserah bunda aja"
Riana tersenyum sesaat lalu meninggalkan Lily dan Elvan berdua
Kecanggungan melanda keduanya, baik Lily maupun Elvan mereka tidak tahan dengan rasa canggung itu, ingin memecahkan kecanggungan namun terlalu gengsi. Hingga beberapa menit akhirnya Lily memulai percakapan
"E-elvan, Lo yakin sama amanah Bunda tadi?"
"Yakin. Banget malah"
"T-tapi k . . kenapa . . ?"
"Karena dari dulu gue udah suka sama Lo Ly" -batin Elvan
"Gapapa, itu kan amanah dari Bunda gue juga""Ooohh"
"Kenapa emang? Lo ngeharapin yang lebih ya? Ciee kalo suka bilang aja kali"
"Dih? GR amat si Lo"
"Ya biarin atuh"
"Yi biirin itih"
"Lily? Dia siapa?"