Teruntukmu, yang melumpuhkan perputaran dimensiku.
Aku tidak pernah mengerti mengapa waktu kita tidak pernah tepat untuk berbincang banyak menyoal apa yang kau dan aku punya. Seolah, pesawatku harus menempuh jarak jutaan cahaya untuk menatap sepasang mata cokelat itu lagi.
Maka, biarlah aku menulis untukmu, dinda. Meski aku tidak pernah tahu apakah surat ini akan tiba di sisi ranjangmu ataukah hanya terdampar di bentangan ufuk yang tak pernah berhasil menyampaikan salam untukmu.
Dinda, aku menyayangimu segenap-genapnya aku. Dan seperti kau menafikan seganjil-ganjilnya engkau, seperti itulah aku menunggumu luluh.
Entah bagaimana, aku tahu bahwa perasaanmu tak pernah tidak untukku. Entah bagaimana, aku tahu bahwa ada namaku dalam degupmu.
Kecil, redup, namun ada.Pergilah ke galaksi terjauh, dinda, seperti yang kau lakukan kini. Alam Raya selalu akan mengembalikanmu padaku. Aku yakin itu dengan segenap hatiku yang keras kepala.