10. Tentang Menjaga Kebersihan

63 3 0
                                    

"Niatkanlah ketika sedang bersih-bersih itu dalam rangka membersihkan hati dari penyakit-penyakit hati."

***

Pagi ini adalah pagi di mana Anggun pertama kali mengabdikan dirinya di pesantren. Ia datang ke ndalem, tepatnya di kamar tempat Bu Nyai berada. Berbeda dengan Serly. Ia juga pengabdi ndalem, namun di bagian memasak. Sedangkan Anggun sendiri, diminta langsung untuk membersihkan kamar Beliau.

Ketika ia memasuki kamar, ternyata Bu Nyai Fatma masih berada di dalam. Beliau tampak memegang kitab kuning. Sepertinya Beliau tengah muroja'ah ilmunya.

"Oh, ada Anggun. Masuk Nak! Ini ya, tolong kamu bersihkan kamar ini. Debu-debu nya juga. Yang di kaca, jendela. Pokonya sekira kelihatan kotor, kamu bersihkan semua ya. Minta tolong !" titah Beliau kemudian melanjutkan membaca kitab kuning.

"Nggeh Bu Nyai."

Segera ia berdiri kemudian mengambil sapu. Menyapu kamar beliau yang berbentuk persegi dengan memiliki panjang empat meter di setiap sisinya. Tidak begitu luas namun tampak elegan. Kitab-kitab beliau yang tersusun rapi di rak kitab, tampak melengkapi keindahan kamar tersebut. Cat dindingnya yang berwarna hijau mentah, tampak sangat segar dipandang mata dan tidak membuat sakit saat dipandang.

Kamar beliau tampak rapi, namun tetap saja debu selalu setia menghampiri. Bu Nyai tidak menyukai itu. Beliau tidak suka tempat kotor. Benar-benar sangat menjaga kebersihan. Karena jadwal mengajar yang sibuk, mungkin beliau sangat senang dengan kehadiran Anggun untuk kesediaannya membersihkan dan merawat kamar beliau.

"Kalau bersih-bersih jangan setengah-setengah, Nak!"

Tanpa diduga-duga, beliau mengatakan hal demikian. Anggun pun tak dapat menyembunyikan kegugupannya itu. Ia berpikir, apakah ada yang salah dengan caranya menyapu? Ia masih bingung. Seketika ia terhenti dari aktifitas menyapunya. Menundukkan kepala siap mendengar tutur kata dari beliau.

"Kalau bersih-bersih jangan setengah-setengah, Nak. Kalau rumahnya terlihat kotor, Langsung dibersihkan! Nggak usah nunggu disuruh. Kalau nyapu sekalian sama sudut-sudut ruangan. Badcovernya jangan lupa diganti!" titah beliau.

"Baik Bu Nyai."

Seketika itu juga Anggun tersadar bahwa selama ini caranya bersih-bersih masih salah. Masih belum sempurna, dan masih setengah-setengah. Ia jadi malu di hadapan Bu Nyai. Merasa minder jika harus melayani beliau karena kekurangannya itu.

Saat itu juga, ia mulai memperbaiki kesalahannya itu. Menyapu dengan benar hingga sudut-sudutnya, mengepel, mengganti bed cover, membersihkan debu yang menempel.

Melelahkan memang. Tapi, entah mengapa Anggun merasa senang melaksanakannya. Ia berharap keberkahan akan datang perantara orang-orang yang lebih dekat kedudukannya kepada Allah dibanding dirinya. Selain itu juga ia bisa melatih diri agar terbiasa dengan cara bersih-bersih yang benar.

"Jangan lupa niatkan juga untuk membersihkan hati dari penyakit-penyakit hati ketika sedang bersih-bersih!" ucap Bu Nyai.

Mujahid 30 Juz [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang