Bab 4: Uji Hati

146 16 1
                                    

Cekrek.

Terdengar suara kamera di pantry khusus untuk melayani CEO Omega Corporation. 

Siapa lagi kalau bukan dari Boo Seungkwan, si OB muda yang selalu tampak semangat dan rajin mengerjakan semua tugasnya dengan maksimal. Ditatapnya rangkaian mawah putih yang tertata di vas dengan bangga, hasil dari belajar otodidaknya dari video di youtube shorts. Plus, juga dari pengalaman kerjanya di kapal pesiar dan ingatannya tentang bundanya.

Seungkwan membungkuk dan mencium aroma segar mawar putih itu. Kembali senyumnya merekah, terlintas sekelebat bayangan masa lalu tentang bundanya yang gemar sekali merawat dan merangkai mawar putih untuk menjadi peneman estetiknya di dalam rumah.

"Semoga Pak Kim suka," gumam Seungkwan.

"Suka yang mana nih? Suka bunganya... atau suka kamu?"

Mendengar suara yang sekonyong-konyong datang dan bernada mengejek itu, Seungkwan langsung menoleh dan melayangkan bombastic side eye ke arah sosok jangkung berseragam OB di ambang pintu. "Salah apa aku ya, Tuhan... pagi-pagi udah digodain bosnya setan rawa Hanyang," keluhnya.

Jun—si pemuda pemancing keributan—tampak diam-diam terkekeh memperhatikan juniornya.

"Penasaran ngga sih. Kira-kira si budak cuan tahan berapa lama ya sebelum kena pecat Pak Kim?"

"Bang Jun sialan, jelek banget doanya!"

"Namanya juga penasaran, pfft."

"Lagian ngapain sih disini?! Gabut bener! Bang Jun balik kerja sana, ngga usah gangguin aku!"

"Ada apa nih, ada apa nih, kok seperti ada yang rame-rame."

Belum usai Seungkwan meluapkan seluruh kegeramannya, muncul lagi cobaan hidupnya yang lain dalam bentuk sesosok OB bermuka tengil dengan sepasang mata kecilnya. Dan seakan melengkapi derita junior yang teraniaya, seorang OB jangkung kemudian melenggang masuk dengan lengkingan berlagak rockstar dengan tongkat pel di tangannya.

"Bang DK! Bisa diem barang sehari ngga sih!?" jerit Seungkwan menutup kedua telinganya.

"Kalau aku diem, nanti kamu bakal kangen lho sama suara gantengku," goda Seokmin.

"Najis!"

"Yooo, budak cuan!"

"Ah, anjir. Anak jin rawa Hanyang, si dekil dompet kering, sama maung jadi-jadian pada ngumpul disini," gerutu Seungkwan. "KERJA ABANG-ABANGKU SEKALIAN! KERJAAAA!!"

Soonyoung melirik ke arah vas bunga mawar putih yang diam tak berdosa di atas meja. 

"Ini buat Pak Kim, bukan?!"

"Buat Yang Mulia Kim Jong Un!" Seungkwan sontak menyahut dengan letupan muak. Membuat Jun, Soonyoung, dan Seokmin yang mendengar nama keramat yang tak boleh disebutkan itu seketika bergidik ngeri. "Ya buat Bapak CEO kita, lah! Emang siapa lagi?!"

"Ngomel-ngomel mulu nih tutup panci kukusan dimsum," ucap Soonyoung, mencubit gembungan amarah di pipi Seungkwan yang amat lucu.

Seungkwan yang ngga diterima dipanggil tutup panci kukusan dimsum langsung menampar punggung tangan Soonyoung keras-keras. 

"Abang-abang semua ngga usah gangguin kerjaan aku deh! Aku laporin Bang Cheol, ya!" ancam si paling muda.

"Hmm..."

Tiba-tiba, tanpa angin tanpa hujan, Soonyoung bersikap aneh seperti sedang mencium sesuatu. Sepasang lobang hidungnya berkedut-kedut sementara dia menghirup udara di sekitarnya, kesana dan kemari, sampai akhirnya dia berhenti di hadapan Seungkwan. Membuat si polos yang tertegun itu otomatis menciumi seragamnya, khawatir jika ada bau-bauan tak enak yang berasal darinya.

ACCIDENTALLY IN LOVE【gyuboo】∥ Indonesian FF ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang