1. What a Day!

1.4K 68 3
                                    

Hai hai........

Yuk biasaiin Vote sebelum Baca 😉

............


Seperti hari-hari biasanya Henry Peter Handerson putra bungsu dari keluarga konglomerat Handerson berkebangsaan Inggris menyelesaikkan pekerjaanya sebagai seorang dokter muda yang menjalankan Internshipnya di salah satu rumah sakit swasta milik keluarganya.

"Selamat malam Tuan Henry." Sapa pelayan kepercayaan keluarga Handerson saat keluar dari mobil Rolls Royce mewah hitamnya itu.

"Malam Pak Roby."

"Mari Tuan, biar saya bawakan tas kerja dan barang-barangnya." Tanpa banyak perkataan yang keluar dari mulut Henry ia langsung memberikan semua barang yang ada ditangannya.

"Mau saya siapkan makan Tuan?." Tanya Roby ke Henry.

"Gak usah Pak, makasih. Saya lelah sekali seharian ini, pengen langsung istirahat aja." Kata Henry yang berjalan mendahului Roby.

"Oh ya Tuan Henry, ada titipan pesan dari Nyonya Lucy."

"Kenapa si Mommy Pak ?." Tanya Henry membalikkan badanya menatap Roby.

"Bulan depan keluarga Barnett akan kesini."

"Untuk apa?." Tanya Henry tak suka.

"Membahas mengenai pernikahan anda dengan anak keluarga Barnett."

"Ha?. Sama si Elliot itu?!."

"Iya Tuan."

"Fuck." Gumam Henry mengusap wajahnya kasar.

"Sekarang apa Mommy dan Daddy ada di rumah?."

"Mereka berdua masih di Paris Tuan."

"Haduh, kenapa sih mereka buat ini semua." Kata Henry kesal akan apa yang telah kedua orang tuanya lakukan kepadanya.

"Tuan, saya buatkan teh lemon grass ya." Kata Roby mencoba menenangkan Henry.

"Gak perlu Pak, saya mau tidur. Kepala saya sakit banget dengar hal kayak gini tengah malam." Kata Henry yang meninggalkan Roby berjalan menuju kamarnya di lantai dua.

"Kenapa sih mereka merencanakan semua hal yang ada dihidupku tanpa concern dariku!." Keluh Henry menidurkan dirinya diatas kasur dan memandang langit-langit atap kamarnya.

Bukan sekali ini saja kedua orang tuanya memaksakan ego mereka terhadap Henry, mulai dari kecil ia sudah harus melakukan hal-hal yang tak disukai. Seperti halnya pekerjaanya sekarang, menjadi seorang dokter bukanlah yang diinginkannya. Tapi lagi-lagi tak mungkin untuk menolak permintaan dari kedua orang tuannya itu.

"Gak ada waktu buat memikirkan hal ini, bisa-bisa jadi gila aku." Gumam Henry yang mencoba memejamkan matanya.


****

Waktu sudah menunjukkan jam 7 pagi, hari ini merupakkan hari libur Henry. Jadi ia bisa bersantai sejenak dari intershipnya.

"Pagi Tuan Henry."

"Pagi Bu."

"Sarapan sudah disiapkan di meja makan Tuan, sudah saya siapkan." Kata wanita paruh baya yang merupakan pelayan serta pengasuh Henry sedari ia bayi.

"Bu, saya mau makan roti aja deh. Sambil duduk di taman belakang."

"Boleh Tuan, sebentar saya ambilkan dulu piringnya."

"Gak usah Bu, saya ambil sendiri saja." Kata Henry yang langsung mengambil beberapa roti dengan butter.

"Mau sama susu nggak?."Tanya Bu Siren kepada Henry.

Dream | MpregTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang