☔Alam-1🍁

91 14 2
                                    

Hujan mengalir dengan deras, sebuah rumah besar yang diterpa badai itu hanya berisikan dua orang, dimana hanya ada sang ayah dan anak laki-laki nya saja.

Terdengar suara ketukan pintu, ada seseorang yang membuka pintu kamar seorang anak kecil bernama Arsy, "nak kamu belum tidur?" tanya Alam.

Dengan mimik wajah yang imut Arsy menjawab. "Belum, pak. Aku lagi ngerjain tugas dari bu guru."

"Nak-" Alam terbatuk. "Nanti ... Kalau kamu sudah besar jangan jadi laki-laki kayak bapak ya, harus lebih dari bapak," sambung Alam.

"Iya, Pak. Bapak istirahat aja, jaga kesehatannya," ujar Arsy.

Sang ayah tersenyum usai mendengar ucapan anaknya, dimana seharusnya pemikiran itu tidak ada di dalam tempurung kepala yang masih kecil itu.

Dengan rasa bangga Alam tersenyum meninggalkan anak kecil tersebut. "Nak, bapak mau istirahat dulu, kamu jangan tidur larut malam ya?" kata Alam beranjak meninggalkan kamar tersebut.

Hujan lebat tak kunjung berhenti, waktu demi menit berlalu- anak itu telah usai mengerjakan tugas sekolah nya.

Usai membereskan buku-buku di meja belajar, anak itu beranjak tidur dengan selimut yang membungkus seluruh tubuhnya- cuaca dingin meliputi seluruh rumah tersebut.

Ketika hendak tertidur pulas, muncul perasaan tidak enak dibenak anak laki tersebut, netra yang setengah tertutup itu tiba-tiba membuka sepenuhnya.

Bersamaan dengan suara petir, tiba-tiba ada suara piring pecah dari ruangan bawah, dengan segera anak kecil itu berlari menuju sumber suara tersebut- dengan wajah shock berat anak kecil itu menghampiri dan mendekap tubuh sang ayah yang terbaring di bawah.

"Bapak? k-kenapa?" pecah kaca ke dua netra itu tak mampu membendung air.

Sang ayah tidak menyahut, tanpa berpikir panjang Arsy berdiri dan bergegas menghampiri rumah tetangga nya, walaupun hujan deras menerpa tubuh mungil itu, ia tetap berlari menuju rumah tetangga yang paling dekat.

𓃹𓃹𓃹

Dengan pakaian yang basah dan lesu, anak kecil itu mengetuk pintu rumah tetangga nya, dengan suara merengek ia terus memanggil.

"P-permisi om, tante!" Arsy masih berusaha mengetuk dengan sekencang-kencangnya.

"T-tolong-" air mata terus mengalir dari ke dua netra Arsy.

Waktu demi menit berlalu, sang pemilik rumah akhirnya membukakan pintu rumahnya, pemilik rumah terkejut melihat keadaan anak kecil tersebut.

"Nak? ya Allah ya rabb! Kamu kenapa hujan-hujanan? ayahmu gak ngelarang?" kata sang pemilik rumah.

Dengan tubuh gemetar dan tangan sedikit mengepal, pandangan yang sedikit menunduk anak kecil itu menyeka air mata yang jatuh dari kedua netra kecil itu berkali-kali.

"Om, tolong! bapak ... b-bapak-"

"Ayahmu kenapa nak?" potong pemilik rumah tersebut.

"Bapak gak bangun-tergeletak di dapur, bapak ...." Sekali lagi pecah air mata Arsy.

Sang pemilik rumah mengerti maksud anak tersebut, usai mengunci pintu rumah, tuan rumah tersebut bergegas untuk menolongnya.

𓃹𓃹𓃹

Sesampainya di rumah mereka bergegas menuju ke dalam rumah tersebut dan melihat lelaki tua itu tergeletak tak berdaya, sekujur tubuhnya sudah dingin dan wajah yang tampak pucat.

Arsyifa Hujan & SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang