Shanks dan Segala Kegelisahannya
Trigger warning: Perkosaan, pelecehan seksual (perkataan), jarak umur yang jauh, pelacuran, penelantaran.
Setelah upacara kelulusan
Shanks hanya diam dalam perjalanan menuju Impel Down. Di hadapannya, Aokiji mengupas kulit buah apel dan memotongkannya untuk Shanks. Shanks menggeleng, ia memutuskan tidak peduli bahwa sikapnya kentara penuh kesedihan usai meninggalkan Mihawk, meninggalkan kekasih hatinya yang baru ia sadari bahwa ia mencintai laki-laki itu ketika akan meninggalkannya.
"Kamu marah padaku?" tanya Aokiji setelah sekian kesunyian. Suara gesekan roda dan rel kereta terdengar menjadi latar suara.
Marah? Shanks tertawa getir dalam benaknya. Memangnya aku punya hak untuk itu?
"Marah untuk apa?" bahkan memanggil namanya saja, Shanks enggan.
Aokiji diam. Ia menatap lurus wajah Shanks. "Karena aku membawamu pergi."
Shanks memaksa satu senyum. "Kan kamu memang pindah dinas."
"Kamu marah aku memisahkanmu dari bocah itu?"
Shanks rasanya ingin menangis. Benar, ia terluka karena Aokiji memisahkannya dari Mihawk. Tentu saja. bagaimanapun, rasa manis sentuhan Mihawk masih terasa di permukaan kulitnya. Ciuman lembut di keningnya masih terbayang. Bisikan lembut Mihawk ketika mereka akan tidur masih terngiang. Bagaimana bisa Shanks tidak terluka dipisahkan seperti itu?!
Tapi Shanks bisa apa? Sejak kapan Shanks punya hak untuk menentukan hidupnya dengan sejelas itu? Tidak hidup di jalanan lagi saja, Shanks sudah harus sangat bersyukur. Bagaimana pun, Aokiji adalah penyelamatnya. Aokijilah yang menariknya dari kehidupan jalanan yang liar dan penuh kelaparan serta kemiskinan... dan perkosaan karena, kata mereka, dirinya sangat menarik.
Karena alasan itu juga, Aokiji memungutnya. "Kamu..., memesona," kata Aokiji saat mata mereka bertemu pandang di sebuah gang sempit usai Aokiji menolong Shanks yang menjerit lirih meminta tolong pada suatu hari yang dingin di musim gugur. "Aku akan menjagamu. Percaya padaku," bisik Aokiji saat ia mendekap tubuh Shanks yang bergetar hebat karena rasa takut yang tidak pernah bisa ia kontrol meski ia telah berkali-kali mengalaminya.
Tentu saja, Shanks menggantungkan harapan pada Aokiji dengan harap-harap cemas. Bagaimana pun, ia telah berkali-kali diperkosa, bagaimana bisa ia percaya kepada orang semudah itu? Tapi, tapi ia seorang perwira, apa ia akan melakukan hal hina itu dan mencoreng harga dirinya sebagai seorang perwira? Shanks berkali-kali meyakinkan dirinya bahwa Aokiji bukanlah bajingan serendah itu.
Akhirnya Aokiji gagal menahan dirinya setelah 6 bulan hidup bersama Shanks. "Maafkan aku, Shanks," ujar Aokiji setelah ia mencium kening Shanks pada suatu malam ketika ia terlelap. "Maaf, maafkan aku. Aku hanya tidak bisa menahan diriku. Aku..., aku mencintaimu, Shanks. Aku ingin menjadi kekasihmu. Aku ingin memuja dan bercinta denganmu. Aku tidak ada keinginan melukaimu, Shanks, sungguh. Aku hanya berharap kamu bersedia menerimaku."
Apa yang sebenarnya Aokiji harapkan dari seorang korban perkosaan? Berharap bahwa Shanks memandang suci perasaan cinta Aokiji? Bagaimana bisa Aokiji mengharapkan mengharapkan sesuatu yang senaif itu tanpa berpikir bahwa Shanks menganggap Aokiji tidak ada bedanya dengan orang-orang di jalanan dan menjadikan rasa cinta sebagai tameng untuk bisa menikmati tubuhnya? Pada akhirnya, Shanks kehilangan harapan kepada Aokiji.
Pada akhirnya, Shanks hanya mengangguk. Logikanya dengan lemah berkata, lebih baik menjadi pelacur pribadi satu orang, daripada ia harus berkali-kali merasakan banyak tubuh di dalam dirinya. ya, itu lebih baik, daripada ia merasa ketakutan karena harus lagi dan lagi merasakan tubuh yang tidak ia kenal di dalam tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hal-hal yang Tidak Mereka Mengerti tentang Kita - END
Fanfiction"Tidak apa-apa," ujar Mihawk. Perlahan ia meraih tangan Shanks, menggenggamnya erat. Tatapannya tenang. Setenang Shanks yang menatapnya lamat. "Kita akan bertemu lagi. Kita akan bersama. Aku tidak akan menikah dengan perempuan manapun. Kamu tidak ak...