Hal-hal yang Tidak Mereka Mengerti tentang Kita

672 48 17
                                    

[SHANKS]

Shanks hanya menguap saat seorang guru membawa satu laki-laki berambut hitam legam dan memperkenalkannya sebagai teman sekelas baru mereka. Shanks hanya mengangguk-angguk saat laki-laki itu memperkenalkan dirinya sebagai Dracule Mihawk. Shanks mulai memejamkan matanya saat guru berkata bahwa Mihawk akan menjadi teman sebangkunya hingga kelulusan.

Shanks tidak peduli siapa pun murid baru itu. Tidak hingga ia dan Mihawk saling berhadap-hadapan, saling mengayunkan pedang, saling mendominasi, hingga napas masing-masing di antara mereka terdengar engahan. Satu dojo hanya menatap takjub adu tanding mereka. Itu bukanlah adu tanding amatir yang seperti biasa mereka tonton. Kuat. Kokoh. Menantang. Penuh determasi. Penuh intimidasi. Penuh gairah.

Ketika adu pedang selesai karena Mihawk berhasil membuat pedang Shanks terlempar, Shanks tersenyum. Tidak, ia menyeringai dengan napas yang menderu dan memburu. Matanya berkilau penuh hasrat. Ia menatap lurus pada mata lawannya. Ia bisa melihatnya. Pemuda itu merasakan hal yang sama. Merasa penuh semangat atas pertarungan mereka. Penuh debar yang dirindukan; debar karena menemukan apa yang selama ini diinginkan dan dicari.

Shanks mengerti, bahwa siswa baru yang jadi teman sebangkunya, Mihawk, adalah apa yang selama ini ia cari.

***

Adu tanding pedang mereka menjadi apa yang selalu anggota anggar tunggu. Sekali itu Shanks kalah, dan esoknya ia membalasnya. Tiap pertandingan, mereka saling membalas atas kekalahan kemarin yang semakin penuh determasi yang menyenangkan. Senyum Shanks tidak bisa hilang dalam tiap pertandingan mereka. Ia begitu berhasrat jika latih tanding dengan Mihawk. Setelah dua tahun ikut anggar SMA, baru kali ini ia bisa mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk bermain anggar.

Memperlihatkan dirinya yang sesungguhnya terhadap anggar.

***

"Shanks."

Pemilik suara menoleh. Di belakangnya, Mihawk berdiri dengan pakaian yang telah berganti. Ia sendiri masih sibuk mengganti pakaian latihan anggarnya menjadi seragam sekolah.

"Sebentar," sahut Shanks sembari kembali menghadap loker pakaiannya. "Sebentar lagi aku selesai."

"Oke, aku tunggu," sahut Mihawk, lalu ia duduk pada salah satu bench yang ada dalam ruang ganti.

"Ada sesuatu?" ujar Shanks sembari memakai celana seragamnya. "Baru kali ini kamu menungguku pulang.”

Sunyi. Mihawk tidak langsung menjawab. "Ya, aku tadi mau memintamu menemaniku untuk mencari sarung tangan anggar yang baru."

"Boleh," Shanks berbalik. Ia selesai memakai seragam. Berbalik dengan Mihawk yang memakai seragam dengan rapi, Shanks membiarkan kancing kemejanya tidak terpasang. Pada bahu kanannya tersampirkan tas selempangnya. "Mau pergi sekarang?"

Mihawk yang sedang duduk, menengadah untuk melihat wajah Shanks. "Kamu mau?"

"Kenapa tidak?" Shanks mengulurkan tangan di hadapan Mihawk. "Ayo, sebelum semakin malam. Tokonya keburu tutup."

Mihawk sesaat menatap uluran tangan Shanks, lalu ia meraihnya.

***

"Kamu beli keduanya?" Shanks bertanya usai mereka keluar dari toko peralatan olahraga. Ia sedang menggeledah plastik belanjaan mihawk dan melihat ada dua jenis sarung tangan di sana; sarung tangan foil dan sarung tangan sabre.

"Ya. Di luar sekolah, aku juga ikut kursus Anggar."

"Waw! Kamu sangat suka anggar?" tanya Shanks sembari menatap wajah Mihawk dengan mata berbinar.

Mihawk menoleh kepadanya. Ia diam sejenak. "Iya. Haha [Ayahanda] mau aku mendalami anggar."

"Waw, pantas saja. Teknikmu sangat hebat! Aku sangat suka dengan permainan anggarmu! Kamu sungguh seperti profesional!"

Hal-hal yang Tidak Mereka Mengerti tentang Kita - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang