Bab 1

322 22 0
                                    

  Malam pun tiba, Yoongi merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuk sembari memijat kedua pelipis mata nya dengan lembut. Wajah datar itu terlihat begitu sempurna, putih mulus dan tulang rahang yang begitu tegas membuat ia terlihat begitu berwibawa.

  Sesaat hampir terlelap ia di kejutkan dengan suara ponsel, yang membuat nya mau tak mau harus membatalkan tidur nya dan menjawab panggilan dari ponsel nya.

"Hm, katakan!"

"Tuan, ini tanda pengenal orang yang menabrak mobil tuan tadi pagi. Apa perlu saya antar ke kamar tuan?"

Tanya lawan bicara nya dari seberang telpon.

"Sure"

Jawab Yoongi singkat kemudian mematikan telpon nya tanpa basa-basi.

"Tok.. tok.. tok.."

Pintu kamar Yoongi di ketuk

"Masuk!"

   Pria itu berjalan masuk ke kamar Yoongi dan memberikan kartu pengenal penabrak mobil nya. Yoongi terdiam sembari mengamati data diri dalam kartu pengenal itu, ia tampak sedikit kebingungan. Ada yang aneh, seperti nya ia mengenal orang ini.

"Apa dia mengatakan sesuatu padamu?"

"Iya tuan, dia bilang jika tuan ingin minta ganti rugi langsung telpon saja ke nomor itu dan sebutkan nominal nya."

"Bagus, orang yang bertanggung jawab. Tapi aku tak membutuhkan uang nya, ini tampak menarik."

Yoongi menyeringai tipis

"Bagaimana dengan mobil nya? Sudah kau bawa ke bengkel untuk di perbaiki?"

"Sudah tuan, kerusakan nya tidak begitu parah. Mungkin besok sudah bisa di ambil."

"Bagus, pergilah."

  Pria itu sedikit membungkuk kemudian berjalan meninggalkan kamar Yoongi. Sementara itu Yoongi masih asik dengan argumen di dalam benaknya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berjalan ke meja di dekat kamar nya, dan mulai membuat pena di jari nya menari dengan indah di atas kertas.

 Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berjalan ke meja di dekat kamar nya, dan mulai membuat pena di jari nya menari dengan indah di atas kertas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Entah apa yang tengah Yoongi tulis, tapi sepertinya itu cukup penting. Selesai dengan tulisan nya ia pun berniat untuk melanjutkan kembali tidur nya karena hari pun sudah sangat malam.

   Ia terpejam hingga pagi benar-benar tiba. Alarm di kamar nya berbunyi yang membuat Yoongi sadar dan perlahan membuka mata nya. Wajah nya begitu tampan saat bangun tidur, sungguh siapapun akan bahagia jika memiliki suami seperti seorang Yoongi. Ya walaupun begitu, perkataan nya tak se indah wajah nya karena Yoongi selalu berbicara ceplas-ceplos dan lantang tanpa memikirkan bagaimana perasaan orang yang mendengar nya.

"Apa kau sudah memeriksa keadaan mobil? Aku tidak ingin ada kejadian apapun yang membuat ku terlambat lagi, jadi pastikan semua sudah aman dan bekerjalah dengan baik atau aku akan segera mencari penggantimu!"

"Baik, sudah tuan"

Sopir Yoongi mengangguk faham dengan wajah takut nya.

  Waktu berlalu, hari ini cukup baik dari hari kemarin. Yang sama hanya semua tetap membosankan, Yoongi selalu merasa kesepian karena tak memiliki orang yang ia cintai. Walaupun ia memiliki keluarga, namun di dalam keluarga itu ia hanya di anggap sebagai pembawa petaka dan di asingkan karena Yoongi selalu berbuat hal-hal kriminal sejak di bangku SMA hingga saat ini.

"Membosankan sekali, aku rasa aku akan pergi ke tempat latihan."

  Ia bergumam sendiri dan mulai melangkah ke arah lain dari sudut rumah nya menuju tempat latihan menembak.

"Hei, letakkan apel itu di atas kepala mu, aku ingin melatih keahlian ku. Rasanya aku sudah sangat rindu dengan peluru-peluru ini"

Perintah Yoongi pada salah seorang Bodyguard di ruangan itu. Wajahnya terlihat pucat saat mendengar Yoongi ingin menembak apel di atas kepala nya. Ia sangat takut jika tembakan Yoongi meleset dan akhirnya membuat ia kehilangan nyawa nya secara cuma-cuma.

"T-tapi tuan, saya.."

"Taaakkkk..!"

Belum sempat menyelesaikan perkataannya satu tembakan melayang dari samping telinga nya yang hanya menyisakan jarak beberapa centi saja. Pria itu tertegun sejenak karena tembakan Yoongi membuat nya hampir mati.

"Jangan berani membantah ku, apa lagi menyepelekan tembakan ku. Aku sudah melepaskan tembakan ku ribuan kali tanpa pernah meleset. Jadi jika kau membantah aku akan membuat nama mu di daftar kematian pada hari ini! FAHAM!!?"

"Fa-faham tuan... Maafkan saya"

"Cepat, taruh apel itu di atas kepala mu!"

  Ia mengangguk dan langsung melaksanakan perintah Yoongi. Tembakan demi tembakan melayang membuat apel itu mulai di penuhi dengan tanda bolong bekas tembakan. Apel itu tak jatuh, tembakan nya begitu lembut dan mematikan.

  Selesai dengan permainan nya, Yoongi pergi meninggalkan pria itu seorang diri, yang kian berwajah pucat dan detak jantung yang begitu menggebu-gebu.

CRIMINALSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang