Lama menunggu akhirnya dokter keluar dari ruang ICU. Dokter mendapati Yoongi dan Bu Ani yang telah tertidur pulas di kursi tunggu, dengan pelan ia pun membangunkan Yoongi.
"Maaf, apa anda keluarga dari pasien?"
Yoongi kebingungan harus menjawab apa, karena tak punya pilihan lain Yoongi pun hanya bisa mengangguk.
"Bagaimana kondisi nya sekarang dok?"
"Kondisi nya sekarang sudah aman, ia telah melewati masa-masa kritis nya dengan baik. Jika kalian mengantar nya lebih lama lagi mungkin dia akan kehilangan banyak darah."
"Untuk semingguan dia harus di rawat inap di rumah sakit ini, jika kondisi nya sudah cukup membaik maka pasien boleh di bawa pulang ke rumah. Saya permisi dulu."
Yoongi mengangguk dan menghela nafas setelah dokter berlalu dari hadapan nya.
Pagi hari nya Yoongi terbangun di ranjang nya, pundak nya terasa begitu pegal dengan perlahan ia memijat sendiri pundak nya. Ia bergegas untuk bersiap-siap melewati hari ini.
Selesai sarapan, Yoongi tanpa basa-basi langsung masuk kedalam mobil nya dan mengemudikan nya seorang diri tanpa sopir. Sopir yang merasa heran tak mampu melakukan apapun dan hanya bisa memendam rasa bingung nya.
Mobil Yoongi melaju dengan kencang menuju sebuah tempat terpencil, dan berakhir di depan sebuah rumah tua yang besar.
"Plaaakk!"
Satu tamparan keras mendarat di pipi seorang pria yang tengah terikat lemas di sebuah kayu.
"Katakan siapa yang menyuruhmu untuk meneror rumah ku?!!"
Yoongi terus menanyakan hal yang sama dengan suara membentak, namun tak kunjung mendapatkan jawaban. Kali ini ia sudah muak dengan tamparan, dari sebuah lemari ia memilih cambuk keras sebagai alat penyiksaan.
"Tcccccaaaasssshh!"
Yoongi menyambuk pria itu dengan kuat, berharap agar pria itu mau membuka mulut. Namun hasilnya tetap nihil, ia benar-benar geram, kali ini ia memanggil bodyguard nya untuk melanjutkan penyiksaan. Pria itu terus merintih kesakitan, bahkan air mata nya pun ikut bercucuran karena sakit dari cambukan.
"Cepat katakan!!!"
Bodyguard menodongkan pistol tepat di mata pria itu. Kali ini dia benar-benar panik, dan menggeleng ketakutan. Ternyata jika hanya sekedar menakut-nakuti tak ada gunanya, Yoongi berdiri tepat di hadapan pria itu sambil memegang pistol nya, dengan santai ia menarik pelatuk pistol ke kaki pria tersebut.
"AAAAKKKKHHH! KAKI KUUU!"
Pria itu merintih kesakitan dan tangisan nya benar-benar pecah mengisi seluruh ruangan rumah tua itu. Tak cukup di kaki kiri, Yoongi kembali menebak kaki kanan nya.
Ia terus menangis dan kali ini saat Yoongi menodongkan pistol ke arah mata kiri nya pria itu meminta ampun kepada Yoongi.
"AMPUN TUAN! BAIK SAYA AKAN MENGATAKAN YANG SEBENARNYA! TOLONG JANGAN BUNUH SAYAAA!"
Yoongi berhenti, tanpa melepaskan todongan nya ia memerintahkan pria itu untuk to the point.
"Club J, Saya dari Club J. J-Hope lah yang memerintahkan saya untuk menculik Jimin dari anda agar Jimin kembali kepada kedua orang tua nya, dengan syarat orang tua Jimin tak boleh menjual rumah nya padamu tuan!"
"Club J, untuk apa dia mengurusi urusan ku?"
"Dia ingin menghancurkan mu dan semua kesuksesan mu!"
Yoongi menyeringai dan kini ia benar-benar menarik kembali pistol nya dari mata si pria. Dengan santai ia duduk di sebuah bangku dan meneguk segelas Vodka tepat di depan pria itu terikat.