Sore itu selesai mengganti pakaian nya, Yoongi keluar dari kamar dan berniat untuk menemui Jimin di kamar nya. Yoongi mengetuk pintu kamar Jimin beberapa kali, tak lama kemudian Jimin membukakan pintu dan sedikit mendongak menatap Yoongi yang lebih tinggi tengah berdiri cukup dekat.
"Ada apa?"
"Aku ingin pergi berjalan-jalan mengelilingi Villa ini, apa kau tidak mau ikut?"
"Tidak, aku sedang malas"
Jimin menggeleng pelan dan menatap kearah lain dengan wajah malas.
"Kenapa? Apa kau menangis?"
Tanya Yoongi penasaranJimin menundukkan pandangan dan mengangguk pelan.
"Aku merindukan orang tua ku.."
Jimin berkata lirih, sementara Yoongi hanya menatap pria pendek di hadapannya dengan wajah datar.
"Dasar bocah ingusan!"
Yoongi bergumam beriringan dengan langkah kaki nya yang mulai masuk kedalam kamar Jimin. Yoongi merebahkan tubuhnya di ranjang Jimin tanpa memperdulikan sang empunya masih tetap berdiri di depan pintu sambil mengamati Yoongi.
"Heh bocah! Apa kau akan tetap menjaga pintu itu? Tenang lah pintu itu tidak akan kabur kemana-mana"
Ujar Yoongi lagi sebagai ajakan untuk berada lebih dekat lagi dengan nya.
Jimin menutup pintu kamar nya, kemudian perlahan berjalan mendekati Yoongi dan duduk di sebelah Yoongi yang tengah terlentang di ranjang."Apa kau tidak pernah merindukan seseorang?"
Tanya Jimin dengan lembut"Tentu pernah"
"Siapa?"
"Apa kau perlu mengetahui tentang itu?"
Tanya Yoongi balik dengan ketus"Mungkin, aku ingin tau apa manusia sebatu dirimu masih bisa merindukan orang lain"
Yoongi terdiam, perlahan ia merubah posisi nya menjadi duduk.
"Ya, aku masih bisa merindukan seseorang, dan itu hanya untuk ibuku."
Jimin menatap Yoongi dan mendapati sisi lain dari pria batu tersebut.
"Memang nya ibu mu kemana? Dan mengapa kau hanya merindukan ibu mu saja? Bagaimana dengan ayah mu?"
Tanya Jimin lagi semakin memperpanjang percakapan."Ibu ku sudah lama meninggal. Sejak aku SMP ibu ku sudah sakit-sakitan dan akhirnya meninggal. Sedangkan ayah ku langsung menikah lagi dan tak pernah memperdulikan ku, dia hanya menyayangi keluarga baru nya."
Flashback On.
"Ayah, ayo kita bawa ibu ke rumah sakit!"
"Ahh! Biarlah dia mati, hidupnya sudah tidak lama lagi!"
Pria dewasa itu melerai tangan anak nya dan pergi meninggalkan sang anak bersama istrinya yang sakit parah.
Isak tangis bocah laki-laki itu tak berhenti membuat sang ibu perlahan membuka matanya sambil mengelus pipi putra nya dengan begitu pelan.
"Anak ku... Sudah jangan menangis terus, ibu baik-baik saja. Benar kata ayah mu, ibu memang sudah tidak sanggup lagi untuk berada lebih lama di sisi mu. Bukan nya ibu tidak ingin merawat mu hingga dewasa, dan melihat mu bahagia, tapi ibu gagal melawan penyakit yang ibu derita saat ini..."
Bocah itu menggeleng-gelengkan kepalanya beriringan dengan air mata yang semakin deras membasahi pipinya.
"Ibu... Jangan bicara begitu... Yoongi tidak sanggup hidup tanpa ibu, siapa yang akan merawat Yoongi? Siapa, siapa yang akan memeluk Yoongi saat ketakutan?? Ibu, Yoongi mohon jangan berbicara seperti itu lagi Yoongi takut..!"