Chapter 8

1.4K 141 3
                                    


"Hei Lisa, bangun! Kita sudah sampai di sini!"


Lisa menarik napas perlahan sambil mengerjapkan matanya. Ia menatap mata Chaeyoung dari kaca spion dan mengernyitkan alisnya. Teman sekamarnya itu menatapnya dengan tatapan tertentu. Pandangan yang aneh.


Saat itulah Lisa menyadari bahwa ia menyandarkan kepalanya di bahu Jennie.


Lisa tersentak dan duduk, pipinya semakin hangat dari detik ke detik. Dia tersenyum meminta maaf pada si rambut cokelat yang tampak tidak terpengaruh oleh semua itu. Sejujurnya,dia benar-benar terlihat puas.


"Maaf," Lisa meminta maaf, sambil menyisir jemarinya di poninya. Jennie tertawa kecil, melambaikan tangannya dengan maksud apa yang lisa lakukan tidak menjadikannya masalah.


"Tidak apa-apa. Aku tidak keberatan sama sekali," katanya sebelum keluar dari mobil. Lisa memperhatikan kepergiannya sebelum bertemu dengan mata Chaeyoung lagi. Dan melihat kegembiraan di dalamnya,

 Lisa melotot,
"Jangan."

"Tidak akan."


Keduanya keluar dari mobil secara bersamaan. Saat itu sudah malam dan Lisa sudah siap untuk tidur lagi. Sampai matanya tertuju pada bangunan di depan.


"Woah! Ini adalah vila orang tuanya! Kelihatannya luar biasa!" Jisoo berteriak gembira. Dan itu memang luar biasa. Vila di depan mereka adalah bangunan dua lantai dengan atap datar. Dindingnya dicat putih dengan lampu-lampu di lantai, menuntun mereka menuju pintu depan seolah-olah ada seseorang yang menyambut mereka. Jalan setapaknya adalah permukaan berbatu yang halus dengan rumput hijau cerah di bagian luarnya.

"This is insane," Lisa mengakui, takjub saat mereka berjalan menyusuri jalan setapak. Jennie di depan karena dia yang memegang kuncinya.


"Apakah kamu pernah ke sini sebelumnya, Jennie?" Jisoo bertanya sambil berjalan di belakangnya dan mengamati saat dia meletakkan kunci di pintu kayu berwarna coklat tua. Bahkan kayunya terlihat mahal. Jennie menggelengkan kepalanya,


"Nope! Aku sama kagumnya dengan kamu."


Lisa merasakan kelegaan melandanya, bersamaan dengan rasa bersalah karena merasa lega. Dia tidak punya hak akan rasa itu.


Kemudian Jennie membuka pintu dan yang menyambut mereka adalah interior yang indah. Dindingnya berwarna putih yang lebih lembut daripada bagian luarnya. Langit-langitnya senada dengan kayu di setiap pintu yang ada. Di sebelah kiri ada papan kayu yang menempel di dinding dengan pegangan logam di sisi yang berlawanan. Itu adalah tangga menuju lantai dua. Lisa belum pernah melihat tangga semewah itu sebelumnya.


Di sebelah kanan adalah dapur di mana meja-meja terbuat dari marmer dan mengkilap. Ubin di bawahnya sangat bersih sehingga dia bisa melihat bayangannya sendiri dari bawah.


"Aku setuju dengan Lisa," kata Chaeyoung, matanya melebar dan rahangnya terangkat, "This is insane."


Melewati dapur yang tampak seperti ruang tamu. Sebuah sofa abu-abu muda dengan bantal sutra dan bantal persegi berwarna oranye. Dan tepat di belakang sofa adalah pintu masuk ke halaman belakang yang merupakan pantai itu sendiri. Di sekelilingnya terdapat jendela-jendela besar dan secara keseluruhan, Lisa merasa takjub.

"Oke, jadi," Jennie menarik perhatian mereka, "Tae mengatakan catatan dia menempelkan kata sandi wifi di kulkas , ada tiga kamar mandi. Dua di antaranya memiliki shower. Dan oh!" Senyum Jennie melebar. "Kamar di lantai atas memiliki teras!"


"Ada berapa kamar di sini?" Jisoo bertanya. Jennie menghela napas, matanya menggulir layar ponselnya hingga berhenti, "Ada DUA kamar."


Tentu saja ada.

In My Dreams, You Love Me Back (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang