18. Post-Yeaston

5 3 0
                                    

"Hamba tidak yakin kapan pangeran keempat akan bangun, seluruh titik vitalnya dilumpuhkan. Kondisinya tidak jauh lebih baik dari pangeran Czar, tetapi karena darah murninya dia bisa bertahan lebih baik. Dia hanya perlu sedikit waktu lagi untuk memulihkan diri. Sedangkan pangeran Darius, sulit untuk mengatakan ini, tetapi mungkin saja ketika dia bangun, dia tidak bisa hidup normal lagi" 

"Tabib agung, kumohon rahasiakan ini dari anggota parlemen kerajaan. Bilang saja jika Pangeran Darius hanya kehabisan energi sihir setelah hari itu dan sedang memulihkan diri. Sekarang, bahkan Regis menghilang. Berbeda dengan parlemen, tidak ada yang bisa memegang kepercayaan rakyat pada kerajaan selain darinya. Hanya untuk sementara, hanya sampai Regis ditemukan. Demi Yeaston"

"Permaisuri, hamba mengerti. Hamba sangat mengerti" 

"Bisakah saya merawatnya, Permaisuri? tabib agung?"

"Mahira?"

"Saya mengenal seseorang yang bisa membantunya. Saya akan merawatnya jika yang mulia izinkan"

Ini adalah kesadaran yang berbeda. Suara samar itu seolah menguap dan berganti menjadi potongan-potongan ingatan acak. 

Waktu demi waktu, bahkan sudah tidak ada mimpi yang berbunga dalam tidurnya. 

Namun, hari ini berbeda. Sebuah ingatan mengenai seorang anak laki-laki yang duduk di taman mulai terbentuk. Sosok punggung Raja dengan mahkota dan jubah kebesarannya terlihat duduk di tengah rumput hijau. Beberapa anak berlarian di sekelilingnya, juga beberapa wanita dewasa. 

Anak laki-laki itu tertunduk malu dan mundur  tatkala melihat anak-anak lain mengeluarkan energi sihir mereka dan membuat lentera menyala. Dia terus mundur hingga menabrak kaki seseorang. 

"Darius, mau pergi kemana? Ibumu sedari tadi memanggil" suara lembut seorang wanita terdengar dari arah atas. 

Anak laki-laki yang dipanggil Darius itu menonggak mendapati Ratu Seraphina yang lebih muda tersenyum padanya. 

"Saya tidak bisa membuat lentera itu menyala. Saya takut Yang mulia akan kecewa. Bagaimana jika sampai besar saya tidak bisa bertarung untuk rakyat" jawabnya sendu. 

Desir suara rumput selanjutnya terdengar, Ratu Seraphina terduduk di depannya dan menangkup kedua tangan Darius kecil. 

"Tapi kau yang terhebat dalam membuat kubah pelindung. Darius tidak perlu menyerang siapapun saat kau bisa melindungi semuanya" ucap Ratu lembut padanya. "Benar, kan? Sayang?"

Hanya Ratu yang berani memanggil yang mulia Raja dengan sebutan itu, bahkan ibunya saja tidak akan pernah berani. 

Raja mulai berbalik ke arahnya dan mengulurkan tangan. "Itu benar, perkuat kubah sihirmu—" 

Tiba-tiba ingatan mengabur dan semua orang hilang kecuali yang mulia Raja, tangannya masih terulur, namun raut wajahnya berubah, jubah terkoyak, sosoknya menjadi lebih tua dan ekspresi dan air muka menegang. 

"—JANGAN MENYERANG! BUATLAH KUBAH SIHIR! DARIUS!—" 


Dengan kalimat terakhir itu, sosok Raja terpenggal dan ingatan itu seketika menutup dengan paksa.

Denging yang hebat seolah menyerang kesadarannya. Darius terbangun dengan peluh dan detak jantung yang berpacu kencang. Seluruh tubuhnya kesakitan dan dia meringis sejenak sebelum kembali membuka matanya. 

"Sebaiknya jangan terlalu memaksakan diri, tidak ada yang memintamu untuk selalu siaga" 

Suara dingin seorang wanita didapatinya berada di sebelahnya. Wanita itu duduk santai di atas kasur di sampingnya, dia membaca buku dan terlihat santai dengan situasi yang ada. Mahira.

The Origin Of King KaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang